Mediaperawat – Belakangan ini marak beredar berita kasus positif HIV sedang meningkat di banyak daerah di Indonesia, hal tersebut tentu cukup meresahkan. Terlebih lagi untuk anak remaja yang kini harus lebih bisa menjaga dan membatasi pergaulan agar tidak terjerumus dengan pergaulan bebas atau bahkan seks bebas. Meskipun saat ini sudah bisa kita lihat gaya hidup dan pergaulan di Indonesia yang mulai kebarat – baratan bahkan ada yang menormalisasikan living together ala negara liberal seperti yang umum dilakukan di luar negeri.
Apa penyebab kasus HIV meningkat? Mungkin banyak faktor salah satunya adalah kurangnya edukasi mengenai HIV/AIDS. Kebanyakan penderita malah tidak mau memeriksakan diri dengan alasan takut dan malu. Karena perlu kita sadari bahwa di negara kita masih banyak orang yang mengucilkan ODHA padahal mereka adalah orang yang perlu support khususnya dari segi mental / psikologis. HIV tidak dengan mudahnya ditularkan hanya dengan bersalaman atau bertegur sapa. Sehingga tidak perlu mengucilkan ODHA.
Ada cara lain agar kita bisa lebih aware mengenai kondisi kesehatan tubuh kita dengan rutin melakukan donor darah. Menurut Daradjatun (2008), Donor darah merupakan proses pengambilan darah secara sukarela dari seseorang untuk di simpan di bank darah yang digunakan untuk keperluan transfusi darah. Selain menyelamatkan nyawa pasien, donor darah juga kaya akan manfaat bagi tubuh pendonor itu sendiri.
BACA JUGA : Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan : Penghisapan Jalan Napas (Suction)
Kurangnya edukasi pada masyarakat membuat masyarakat awam biasanya enggan untuk mendonorkan darahnya dengan alasan takut jarum suntik atau bahkan ada yang menganggapnya tidak penting. Padahal setetes darah kita bisa jadi sangat penting bagi nyawa pasien yang membutuhkan.
Manfaat donor darah bagi pendonor yakni pendonor bisa mengetahui apakah darah nya sehat atau tidak dengan donor darah, karena pada saat darah dari pendonor sudah diambil, petugas PMI akan memeriksa darah tersebut terlebih dahulu dengan melakukan screening HCV, HBsAg, HIV dan Sifilis. Pada saat pemeriksaan dilakukan dan hasil darah pendonor menunjukan bahwa darah tersebut reaktif salah satu penyakit menular tadi, maka pihak PMI akan menghubungi pendonor untuk kelanjutan dan pengarahan fasilitas kesehatan bagi pendonor yang reaktif.
Pada umumnya PMI tersebut sudah menjalin MOU dengan puskesmas terdekat di daerah tersebut untuk follow up bagi pendonor yang reaktif tersebut. Selain itu donor darah juga bisa membakar kalori dan meregenerasi sel darah merah yang sudah matang pada tubuh pendonor.
Namun donor darah tidak bisa sembarangan dilakukan demi menjaga kualitas darah. Adapun syarat donor darah diantaranya pendonor sedang merasa sehat. Berat badan minimal untuk pendonor yang baru pertama kali melakukan donor darah adalah 47Kg, bagi pendonor yang pernah donor darah minimal berat badan 45Kg. Tekanan darah minimal 100/70mmHg maksimal 150/100mmHg. Kadar Hb atau Hemoglobin 12,5mg/dL – 17,00mg/dL baik laki-laki maupun perempuan.
Usia minimal donor darah 17 tahun lebih, usia maksimal 60 tahun. Namun bagi pendonor usia lanjut yang baru pertama kali melakukan donor darah minimal usia 55 tahun. Suhu tubuh normal. Tidak sedang batuk dan flu, tidak sedang mengkonsumsi obat – obatan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum donor darah. Tidur minimal 5 jam, tidak memiliki riwayar penyakit berat atau kekambuhan.
BACA JUGA : Cuci Darah Lewat Perut ? Ini Dia CAPD dan Prosedurnya
Bagi pendonor yang memiliki tato pada tubuhnya, untuk bisa melakukan donor darah minimal 6 bulan terhitung pada saat tato tersebut dibuat. Tidak mengkonsumi alkohol 1 bulan sebelumnya. Tidak ada riwayat transfusi darah 1 tahun sebelumnya. Adanya syarat tersebut untuk memastikan pendonor dalam keadaan sehat dan darah yang diberikan untuk pasien adalah darah yang bersih dan sehat.
Ada banyak cara mecegah penyakit menular seksual seperti tidak menggunakan jarum suntik secara bersamaan atau bergantian, hindari melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan karena penyakit menular seksual menular melalui cairan tubuh.
Menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual, tidak berprilaku seksual menyimpang, menjaga kebersihan genital, melakukan vaksinasi dan masih banyak cara menghindari penyakit menular seksual salah satunya dengan donor darah untuk mendeteksi dini penyakit menular seksual. (*)