BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.(1) Gagal jantung dapat terjadi pada semua usia tergantung pada penyebabnya. Gagal jantung didefinisikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana jantung sebagai pompa tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.(2)
World Health Organization mencatat 17,5juta orang di dunia meninggal akibat gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Jumlah kejadian penyakit jantung di Amerika Serikat pada tahun 2012 adalah 136 per 100.000 orang, di negara-negara Eropa seperti Italia terdapat 106 per 100.000 orang, Perancis 86 per 100.000. Selanjutnya jumlah kejadian penyakit jantung di Asia seperti di China ditemukan sebanyak 300 per 100.000 orang, Jepang 82 per 100.000 orang, sedangkan di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi dibandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang dan jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand yang hanya 184 per 100.000 orang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, kami mermuskan beberapa masalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien CHF?”Tujuan Makalah
3. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagamana Asuhan Keperawatan pada pasien CHF
- Tujuan Khusus
- Diketahuinya masalah-masalah keperawatan yang terdapat pada pasien CHF.
- Diketahuinya penyelesaian masalah untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang sudah teridentifikasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra Saferi,2013).
Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient (Andre Saferi,2013).
Menurut Prince (1994) dalam Andra Saferi (2013), Gagal janttung keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
Kesimpulan yang diambil dari pengertian tersebut adalah bahwa gagal jantung congestive adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan, oksigen dan nutrient.
2. Anatomi Fisiologis
berdasarkan gambar diatas, secara anatomi terdapat beberapa bagian jantung antara lain:
- Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra.
- Atrium kanan berfungsi untuk menerima darah kotor dari tubuh yang dibawa oleh pembuluh darah.
- Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru-paru melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian mengalir ke ventrikel kiri.
- Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium pulmonari.
- Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot, menerima darah kaya oksigen dari paru-paru melalui atrium kiri dan memompanya ke dalam sistem sirkulasi melalui aorta.
- Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darah dari ventrikel dekstra ke patu-paru (pulmo).
- Katup trikuspidalis, terdapat diantaranya atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup.
- Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup.
- Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium dekstra.
Fisiologi kardiovaskuler (Sistem Kardiovaskuler)
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan barisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap kekiri dari pada ke kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram. Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme(karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dam memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardum,dimana lapisan perikardium di bagi menjadi 2 lapisan yaitu:
- Perikardium fibrosa (viseral), yaitu bagian kantung yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
- Perikardium serosum (parietal), yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.
Siklus sistem kardiovaskuler (jantung)
a. Sirklus jantung
Jantung mempunyai empat pompa terpisah, dua pompa primer atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dimanakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi secara spontan. Simpul sinoatrial (SA) terletak pada dinding posterior atrium dekstra dekat muara vena superior. Potensial aksi berjalan dengan cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam ventrikel, karena susunan khusus penghantar atriunberkontraksi mendahului ventrikel. Atrium bkerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel menyediakan sumber tenaga utam bagi pergerakan darah melelui sistem vaskular.
b. Curah jantung
Menurut syaifuddin (2012) curah jantung merupakan faktor utama dalam sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah yang di pompakan ventrikel dekstra lebih besar dari ventrikel sinistra. Jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik sehingga terjadi penumpukan darah di paru. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, tergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah jantung menurun ketika waktu tidur.
3. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
- Meningkatkan preload: regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel.
- Meningkatkan afterload: stenosis aorta, hypertensi sistemik.
- Menurunkan kontraktilitas ventrikel: IMA, kardiomiopati.
- Gangguan pengisian ventrikel: stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif konstriktif, tamponade jantung.
- Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon mekanis.
- Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat.
- Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejaksi ventrikel kanan.
4. Patofisiologi
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak dapat memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah yang beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium kanan dan sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan edema pada ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan di atrium kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan darah, menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru. Meskipun, setiap jenis menghasilkan perubahan arteri yang berbeda sistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk mengamati kegagalan semata-mata gagal jantung kanan ataugagal jantung kiri. Sejak kedua sisi jantung tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan satu ruang menyebabkan perubahan timbal balik di ruang berlawanan. Misalnya, dalam peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vaskular paru akan menyebabkan tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar hipertrofi ventrikel, penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik (Syaifuddin,2011).
5. Pathway
6. Menifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kotrol pernapasan. Gejala:
- Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
- Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur.
- Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah.
- Mudah Lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.
- Ronkhi
- Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kiri
Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Gejala:
- Oedem perifer
- Peningkatan BB
- Distensi vena jugularis
- Hepatomegaly
- Asites
- Pitting edema
- Anoreksia
- Mual
c. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
- Pusing
- Kelelahan
- Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
- Ekstrimitas dingin
d. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi aldosterone dan rentensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
7. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:
- Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
- Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak).
- Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah. - Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju tomponade jantung.
8. Penatalaksanaan
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
- Terapi non farmakologi
- Terapi farmakologi
- Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penuruna tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema. - Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia.
- Terapi vasodilator: Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
9. Analisa Data
Data Etiologi Masalah DS Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan sesak berat saat beraktivitas Pasien mengatakan sesak yang dirasakan seperti tertekan benda berat Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi DO RR : 28 kali/menit Denyut teraba lemah Bunyi jantung murmur Irama jantung tidak teratur Distensi Vena Jugularis Warna kulit pucat CRT > 3 detik Pasien mengalami lemah dan lelah Hipertensi ↓ Beban jantung meningkat ↓ CHF ↓ Gagal pompa ventrikel kiri ↓ Penurunan curah jantung Penurunan Curah Jantung DS Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan sesak berat saat beraktivitas Pasien mengatakan sesak yang dirasakan seperti tertekan benda berat DO RR 28 kali/menit Irama tidak teratur Kedalam dangkal Suara nafas ronchi Pasien menggunakan alat bantu pernafasan oksigen nasal kanul 5 liter. Warna kulit pucat CHF ↓ Edema Paru ↓ Ronkhi basah ↓ Iritasi mukosa paru ↓ Reflek Batuk ↓ ↓ Gangguan Pertukaran Gas Gangguan Pertukaran Gas DS Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan sesak berat saat beraktivitas Pasien mengatakan sesak yang dirasakan seperti tertekan benda berat DO Distensi vena jugularis Suara nafas ronchi Ada keluhan nyeri pada abdomen saat palpasi CHF ↓ Renal flow ↓ ↓ RAA ↑ ↓ Aldosteron ↑ ↓ Retensi Na+H2O ↓ Hipervolemia Hipervolemia DS – DO Nadi teraba 86 kali/menit, denyut teraba lemah Warna kulit pucat CRT>3 detik CHF ↓ Gagal pompa ventrikel kiri ↓ Suplai darah ke jar ↓ ↓ Perfusi Perifer Tidak Efektid Perfusi Perifer Tidak Efektif DS Pasien mengatakan badan nya terasa lemah Pasien mengatakan sesak berat saat beraktivitas Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri DO Pasien terlihat lemah Pasien tidak dapat beraktivitas seacara mandiri Aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat Pasien hanya berbaring ditempat tidur. CHF ↓ Gagal pompa ventrikel kiri ↓ Suplai darah ke jar ↓ ↓ Metabolisme anaerob ↓ Asidosis metabolik ↓ Penimbunan asam laktat & ATP↓ ↓ Fatigue ↓ Intoleransi Aktvitas Intoleransi Aktivitas
10. Perumusan Diagnosa Keperawatan
- Penurunan Curah Jantung b.d perubahan kontraktilitas
- Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Hipervolemia b.d gangguan aliran balik vena
- Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena
- Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
11. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan kontraktilitas Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1×24 jam dx penurunan curah jantung dapat teratasi sebagian Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3×24 jam dx penurunan curah jantung dapat teratasi Dengan kriteria hasil Dispnea menurunRR dalam rentang normalMurmur jantung menurunDistensi Vena Jugularis menurunCRT < 3 detik (PPNI, 2018) Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan status mentalPosisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan posisi nyamanBerikan oksigenAnjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransiPenatalaksanaan untuk pemberian diet jantung yang sesuaiPenatalaksanaan untuk pemberian obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator sesuai program medisPenatalaksanaan pemberian antikoagulan (PPNI, 2018) Pemantauan kondisi pasienMengurangi sesak nafas, membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.Mempertahankan saturasi oksigen >94%Melatih secara bertahap aktivitas kemampuan pasien.Terapi diet dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantunguntuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterloaduntuk pencegahan pembentukan trombus perifer 2. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1×24 jam dx gangguan pertukaran gas dapat teratasi sebagian Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3×24 jam dx gangguan pertukaran gas dapat teratasi Dengan kriteria hasil Dispnea menurunRR dalam rentang normalTidak terdapat bunyi nafas tambahanIrama napas teratur (PPNI, 2018) Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantungTinggikan bagian kepala tempat tidurAtur posisi pasien ke posisi TrendelenburgPenatalaksanaan penentuan dosis oksigenPenatalaksanaan pemberian obat antiaritmiaPenatalaksanaan untuk pemeriksaan Gas Darah Arteri, jika perlu (PPNI, 2018) (Wilkinson, 2016) Pemantauan keefektifan terapiMengurangi sesak nafasMembantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.Mempertahankan saturasi oksigen >94%untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterloadmengukur kadr oksigen, karbondioksida, dan tingkat asam dalam darah 3. Hipervolemia b.d gangguan aliran balik vena Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1×24 jam dx hipervolemia dapat teratasi sebagian Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3×24 jam dx hipervolemia dapat teratasi Dengan kriteria hasil Dispnea menurunDistensi Vena Jugularis menurunTidak terdapat suara nafas tambahanTidak terdapat nyeri tekan pada abdomen (PPNI, 2018) Monitor tanda hipervolemia (ortopnea, dispnea, JVP meningkat, suara napas tambahan), monitor status hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan darah)Monitor intake dan outputBatasi asupan cairan dan garamEdukasi untuk menganjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam Edukasi pasien dan keluarga dalam membatasi cairanPenatalaksanaan pemberian diuretik, jika perlu (PPNI, 2018) Pemantauan hipervolemiaMengelola keseimbangan cairan pasienMengelola keseimbangan cairan pasienMengelola keseimbangan cairan pasienMengelola keseimbangan cairan pasienpada gagal jantung diuretika digunakan pada edema paru akibat dari gagal jantung 4. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1×24 jam dx perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi sebagian Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3×24 jam dx perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi Dengan kriteria hasil Nadi dalam rentang normalWarna kulit kemerahanCRT < 3 detik (PPNI, 2018) Pantau sirkulasi perfer (mis., nadi perifer, CRT, warna)Edukasi pasien dan keluarga untuk menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis, hilangnya rasa)Penatalaksanaan untuk pemberian obat penurun tekanan darah, antikoagulan, jika perluPenatalaksanaan untuk program diet yang memperbaiki sirkulasi Identifikasi sirkulasi perifer pasienIdentifikasi perburukan sirkulasi periferMemperbaiki sirkulasi periferTerapi diet dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung 5. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1×24 jam dx intoleransi aktivitas dapat teratasi sebagian Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3×24 jam dx intoleransi aktivitas dapat teratasi Dengan kriteria hasil Dispnea saat aktivitas dan setelah aktivitas menurunKeluhan lelah menurunPerasaan lemah menurunKemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat (PPNI, 2018) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktifBerikan aktivitas distraksi relekasasi otot yang menenangkanEdukasi untuk melakukan aktivitas secara bertahapEdukasi untuk menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurangPenatalaksanaan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan dengan diet jantung yang sesuai (PPNI, 2018) Meningkatkan rentang gerak sendiDistraksi yang menenangkan dapat mengendurkan ketegangan dan menenangkan saraf.Melatih secara bertahap aktivitas kemampuan pasien.Pemantauan keefektifan terapiTerapi diet dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
DAFTAR PUSTAKA
Jayanti,N . 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam https://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada 5 November 2020) .
Mansjoer, A dkk. 2011.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
PPNI. (2017). Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Saferi W, Andra. Yessie, Mariza. (2013) . KMB 2 : Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson, Judith M. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC Edisi 10. Jakarta: EGC
(DOK/ND)