Askep  

Asuhan Keperawatan Keluarga Berencana

1. Pengkajian

Karena keluarga berencana berhubungan dengan seksualitas, lingkungan pribadi adalah yang terbaik. Perasaan tentang kontrasepsi di eksplorasi dengan cara yang tidak menghakimi. Pilihan harus dirangkum untuk memungkinkan klien memeroleh sebuah metode yang cocok dengan kondisi uniknya. Tidak ada “metode terbaik” pada kontrasepsi, tetapi selalu ada metode yang dapat bekerja dengan sangat baik pada kondisi yang akan terjadi.

Pilihan kontrasepsi yang cocok bergantung pada faktor yang dapat sering berubah. Faktor ini termasuk biaya, fasilitas kamarmandi, frekuensi bersenggama, praktik seksual, jumlah anak, risiko kehamilan yang dapat diterima oleh pasangan, penyakit, dan masalah fisik.

Baca juga : Mengenal Konsep KB (Keluarga Berencana) dalam Keperawatan

Pengkajian keperawatan mencakup pengetahuan klien, pemahaman, dan pengalaman menggunakan berbagai metode, pengendalian kelahiran. Informasi yang dikumpulkan adalah mengenai kesehatan umum, riwayat menstruasi dan reproduksi, pola seksual, struktur dan hubungan keluarga, dan informasi demografi atau sosio ekonomi lain yang signfikan. Pemeriksaan laboratorium diindikasikan jika metode yang dipilih adalah strerilisasi, alat kontrasepsi dalam rahim, atau kontrasepsi hormonal,

Source : Freepik.com

Pencegahan kehamilan idealnya melibatkan partisipasi pasangan pria dan wanita. Partisipasi ini memberikan kesempatan pada pria untuk berbagi tanggung jawab dalam mengontrol vertilitas. Diskusi meliputi metode yang melibatkan tanggung jawab pria seperti vasektomi, kondom, atau metode simptotermal.

2. Riwayat

Data Dasar Kontrasepsi meliputi :

a. Riwayat Keluarga

Informasi ini memberikan data tentang penyakit yang membuat klien berisiko, juga membantu mengidentifikasi kontraindikasi terhadap metode spesifik, terutama jika kontrasepsi hormonal dipertimbangkan. Yaitu antara lain:

– Informasi tentang diabetes

– Masalah perdarahan/pembekuan darah

– Masalah jantung /tekanan darah tinggi

– Sakit kepala migrain/gangguan kejang

– Penyakit ginjal atau hati, anemia, TBC, stroke

– Masalah mental

b. Riwayat Kesehatan Personal

Informasi ini mengenai apakah wanita mengalami masalah yang sebelumnya disebutkan, hospitalisasi sebelumnya, operasi, penyakit mayor, dan penggunaan obat saat ini. Masalah endikrin, pembekuan kardiovaskular, migrain, dan kejang dapat menjaddi kontraindikasi terhadap kontrasepsi hormonal, status nutrisi dan alergi juga dapat memengaruhi pilihan kontrasepsi.

c. Riwayat Menstruasi

Dikumpulkan informasi tentang Menarke (siklus menstruasi pertama), masalah atau kekhawatiran mengenai mentruasi saat ini dan penggunaan obat. Disminore dan menstruasi yang berat dapat diperburuk oleh AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) ; oligomenore atau hipomenore dapat menjadi konreaindikasi terhadap metode hormonal.

d. Riwayat Kehamilan

Tiap komplikasi atau abnormalitas dicatat karena hal ini dapat memengaruhi penggunaan kontrasepsi. Wanita yang baru sedikit mengalami kehamilan biasanya ingin menggunakan metode yang reversible. Wanita yang telah beberapa kali hamil telah mempertimbangkan metode jangka panjang atau sterilisasi.

e. Penggunaan Kontrasepsi Sebelumnya

Metode yang tidak berhasil atau menimbulkan masalah atau efek samping mungkin menjadi pilihan yang buruk kecuali jika metode ini digunakan secara tidak benar. Untuk membantu mengumpulkan informassi penting ini perawat dapat menggunakan pertanyaan khusus untuk memandu pengkajian riawat klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Periksaan fisik yang terfokus dipanfdu oleh pilihan kontrasepsi dan respon positif dari riwayat. Pemeriksaan biasanya mencakup pemeriksaan payudara, pemeriksaan pelvis, papanicolaus (pap), dan p[emeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan fisik yang lebih menyeluruh dibutuhkan jika kontrasepsi hormonal, AKDR, sungkup serviks atau diagfragma, atau sterilisasi dipertimbangkan sebagai metode kontrasepsi. Area yang tercakup dalam pemeriksaan fisik meliputi :

  • Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi.
  • Penmpilan : berat badan, usia.
  • Kepala dan leher : mata, kelenjar tiroid.
  • Dada : bidang paru, jantung, payudara.
  • Abdomen : organ, massa, pembuluh darah besar.
  • Pelvis : vulva, vagina, serviks, uterus, tuba, ovarium.
  • Rektum : tonus sfingter, massa.
  • Ekstremitas : varikosa, denyut nadi, sirkulasi.
  • Kulit : lesi, warna, pigmentasi.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium umumnya meliputi :

  • Pap smear (dekteksi kanker serviks)
  • Kultur chlamydia dan gonore jika diindikasikan
  • Urinalisis (skining diabetes, infeksi saluran kemih, fungsi ginjal)
  • Hitung darah lengkap (menyingkirkan anemia dan infeksi sitemik memberi indikasi kondisi trombosit)
  • Enzim hati (jika diindikasikan, ganguan fungsi hati, kontra indikasi mutlak terhadap kontrasepsi oral)
  • Laboratorium riset penyakit kelamin atau pemeriksa serologi lain untung sifilis.

Baca juga : Mengenal Pemeriksaan “PAPSMEAR”

Pemeriksaan laboratorium lain dapat melipui profilipid jika terdapat resiko kardiovaskuler, elektroforesis hemoglobin jika terdapat resiko hemoglobinopati, skrining glukosa untuk memeriksa diabetes, skrining rubela, dan herpes smear jika diindikasikan.

5. Diagnosa Keperawatan

Setelah pengkajian menyeluruh, dapat diidentifikasi diagnosis keperawatan yang tepat.

  • Perilaku Sehat yang berhubungan dengan keluarga berencana.
  • Defisit Pengetahuan yang berhubungan mekanisme kerja, efek samping, dan kemungkinan komplikasi. Metode pemasangan dan perawatan yang tepat. Anatomi dan fisiologi reproduksi.
  • Resiko Cidera yang berhubungan dengan penggunaan metode yang tidak tepat.
  • Resiko Infeksi yang berhubungan dengan hygiene personal dan perawatan alat yang tidak adekuat.
  • Konflik Pengambilan keputusan yang berhubungan Keputusan yang berhubungan dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dari metode kontrasepsi.
  • Perubahan Pola Seksualitas yang berhubungan dengan Ansietas dalam menggunakan metode kontrasepsi, Gangguan praktik seksual yang biasa ketidaknyamanan akibat metode kontrasepsi.

6. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosis. Intervensi berfokus pada membantu klien atau pasangan melalui proses pembuatan keputusan dalam memilih metode kontrasepsi yang tepat. Defisit pengetahuan diatasi dengan mengajarkan berbagai kontrasepsi dan memperbaiki informasi yang salah sesuai kebutuhan. Konflik pengambilan keputusan dikurangi melalui diskusi menyeluruh tentang resiko dan manfaat setiap pilihan kontrasepsi potensial. Ketakutan perlu diungkapkan, ketidakpastian diklarifikasi, dan preferensi personal diidentifikasi. Efektivitas metode kontrasepsi adalah salah satu perhatian utama klien dan profesional. Saat memberi konseling kepada klien mengenai efektivitas, perawat harus mengetahui angka efektivitas.

Efektivitas maksimal adalah efektivitas metode dalam mencegah kehamilan pada kondisi ideal (yaitu, jika benar-benar dipahami dan digunakan dengan baik). Efektivitas ini adalah angka kegagalan terendah suatu metode. Jika kehamilan terjadi, ini disebabkan oleh kegagalan metode, bukan dari cara metode tersebut digunakan. Efektivitas tipikal mempertimbangkan efektivitas metode pada penggunaan yang sebenarnya, ketika sebagian individu menggunakan metode dengan benar dan yang lainnya menggunakan nya dengan sembarangan atau tidak benar. Angka efektivitas tipikal lebih rendah karena melibatkan faktor kesalahan manusia.

Perawat harus menghindari penggunaan angka efektivitas maksimal untuk metode kontrasepsi yang disukai dan angka efektivitas tipikal untuk metode yang tidak disukai. Tindakan semacam ini memberi data yang menyesatkan pada klien dan dapat menjadi upaya untuk mempengaruhi pilihan. Konseling etis memerlukan konsistensi dalam memberikan data efektivitas. Sebagian perawan memberikan kumpulan angka keduannya sehingga potensial kesalahan dalam penggunaan dapat dikaji dengan jelas.

Dalam membantu klien memilih suatu metode kontrasepsi (metode terbaik) kontrasepsi adalah metode yang paling konsisten dan paling benar digunakan oleh pasangan. Metode ini adalah metode yang seringkali dirasa paling alami dan nyaman. Instrumen pengkajian : pertanyaan mengenai efektivitas kontrasepsi memberi panduan mengenai faktor-faktor yang dapat menurunkan efektivitas.

Setiap jawaban iya mengindikasikan masalah potensial. Metode dengan paling sedikit jawaban iya adalah menjadi yang terbaik bagi pasangan tersebut.

7. Evaluasi

Evaluasi mengenai rencana kontrasepsi melibatkan observasi terhadap perubahan yang diinginkan pada pengetahuan, pemahaman, atau perilaku klien. Sering kali evaluasi menuntun kepada pengkajian, diagnosis, dan perencanaan lain pada saat masalah diatasi dan lebih dipahami.

Tingkat evaluasi yang paling dasar adalah apakah klien menggunakan metode kontrasepsi pilihan secara efektif atau tidak. Pencegahan kehamilan adalah kriteria hasil utama. Tingkat evaluasi lain mempertimbangkan kepuasan klien terhadap penggunaan metode, kemudahan, kesesuaian dengan gaya hidup, dapat diterima dalam hal nilai dan biaya, respon pasangan seksual dan kekhawatiran dengan efek samping. Jika mengalami kesulitan pada area ini, perawat mengkaji ulang situasi dengan klien atau pasangan. Diagnosis baru dibuat dan intervensi yang tepat direncanakan dan dievaluasi.

(DOK/LA)

Daftar Referensi :

Griffin, deborah koniak, dkk. Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi dan  

keluarga. 2003. edisi 18 vol 1. EGC : Jakarta

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.  Pustaka Sinar

Harapan : Jakarta

Exit mobile version