banner 728x250

Bolehkah Pasien dengan Penyakit Jantung Berpuasa? Ini Penjelasannya

Puasa Pada Pasien Jantung

Mediaperawat.id – Bulan Ramadhan adalah momen yang dinanti oleh umat Muslim untuk beribadah, termasuk menjalankan puasa. Namun, bagi pasien dengan penyakit jantung, keputusan untuk berpuasa harus dilakukan dengan pertimbangan medis yang matang. 

Apakah pasien jantung boleh berpuasa? Bagaimana cara menjalankannya dengan aman? Artikel ini akan membahas panduan lengkap puasa bagi pasien dengan penyakit jantung.

Bolehkah Pasien dengan Penyakit Jantung Berpuasa?

Pada dasarnya, pasien dengan penyakit jantung boleh berpuasa, dengan catatan kondisi mereka stabil dan mendapat persetujuan dari dokter. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat puasa tidak dianjurkan, seperti:

– Gagal jantung stadium lanjut yang menyebabkan sesak napas meski dalam kondisi istirahat.

– Aritmia berat yang tidak terkontrol.

– Pasca serangan jantung atau operasi jantung dalam beberapa minggu terakhir.

– Hipertensi tidak terkontrol yang berisiko menyebabkan komplikasi serius.

Jika kondisi pasien terkendali dan mendapatkan izin dokter, puasa bisa dilakukan dengan beberapa penyesuaian.

Baca Juga: Askep Sistem Kardiovaskuler : Gagal Jantung Congestive Heart Failure (CHF)

Risiko yang Perlu Diwaspadai

Pasien jantung yang berpuasa perlu memperhatikan beberapa risiko sebagai berikut:

1.  Dehidrasi

Puasa tentunya menahan makan dan minum yang bisa saja membuat kita kekurangan cairan atau dehidrasi. Dehidrasi dapat meningkatkan kekentalan darah dan memicu serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, asupan cairan yang cukup selama berpuasa perlu diperhatikan oleh penderita penyakit jantung.

2. Ketidakseimbangan Elektrolit

Hal berikutnya yang harus diwaspadai oleh penderita penyakit jantung jika ingin berpuasa adalah ketidakseimbangan elektrolit. Kekurangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang berakibat pada tubuh menjadi mudah lelah dan kurang fokus. Selain itu, pada penderita penyakit jantung, ketidakseimbangan elektrolit pun bisa menyebabkan gangguan irama jantung.

3. Penurunan Tekanan Darah (Hipotensi)

Hipotensi atau tekanan darah yang menurun ini bisa diakibatkan oleh karena perubahan pola makan dan minum. Selama berpuasa, tentunya mengalami perubahan pola makan dan minum karena kita tidak mengonsumsi makanan dan minuman dengan bebas dan tidak sesuai dengan kebiasaan pada saat tidak sedang berpuasa. Pada penderita penyakit jantung, tekanan darah perlu selalu dikontrol agar tidak mengalami penurunan (hipotensi).

4. Peningkatan Kadar Kolesterol

Peningkatan kadar kolesterol atau kolesterol tinggi diakibatkan oleh karena tidak menjaga pola makan saat berbuka dan sahur. Pola makan di bulan puasa tentunya harus dijaga agar teratur dan memiliki asupan nutrisi yang optimal. 

Apabila pola makan tersebut tidak diatur dengan baik, kadar kolesterol yang meningkat pada tubuh pasien dengan penyakit jantung akan memperparah kondisi pembuluh darah jantung. 

Hal itu dikarenakan kolesterol jahat yang mengalami peningkatan berpotensi untuk menempel pada dinding pembuluh darah sehingga dapat memicu terjadinya penyumbatan pada dinding pembuluh darah jantung yang biasa dikenal dengan istilah Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Panduan Puasa yang Aman bagi Pasien Jantung

1. Konsultasi dengan Dokter

Sebelum mulai berpuasa, sangat penting bagi pasien jantung untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Dokter akan menilai apakah kondisi pasien memungkinkan untuk berpuasa dan memberikan saran mengenai pengaturan obat.

2. Pengaturan Obat Selama Puasa

Pasien yang mengonsumsi obat rutin harus menyesuaikan jadwal minumnya agar tetap efektif, misalnya:

  • Obat yang diminum 3 kali sehari bisa disesuaikan menjadi 2 kali sehari (sahur dan berbuka) jika dokter mengizinkan.
  • Obat diuretik (pelancar kencing) sebaiknya diminum saat berbuka agar tidak menyebabkan dehidrasi di siang hari. Obat diuretic seperti furosemide saat dikonsumsi selama berpuasa bisa dikurangi dosisnya dan harus dikonsultasikan ke dokter. Pembatasan cairan pada penderita gagal jantung pun perlu diperhatikan sesuai rekomendasi dokter.
  • Obat pengencer darah, anti jantung platelet atau pengencer darah seperti Aspilet bisa diberikan setelah makan sahur atau berbuka. Namun untuk penderita dengan penyakit lambung lebih baik diberikan setelah buka puasa. Pemilihan obat pengencer darah untuk pasien dengan penyakit lambung boleh berbentuk tablet yang bersalut enteric (enteric coated) yang dapat melewati lambung tanpa menyebabkan iritasi.
  • Obat kolesterol, obat golongan statin seperti atorvastatin/rosuvastatin harus tetap dikonsumsi terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK). Obat tersebut berfungsi untuk menurunkan koleterol jahat dan menstabilisasi plak yang tinggal pada pembuluh darah jantung. Obat statin sebaiknya diberikan malam hari karena enzim yang menghasilkan metabolism kolesterol lebih aktif pada malam hari.
  • Obat anti hipertensi, obat tekanan darah tinggi baik dikonsumsi pada malam hari daripada pagi hari. Pasien yang mengonsumsi obat anti hipertensi sebelum tidur mengalami penurunan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan kematian. Namun, pemberian obat anti hipertensi bersifat individual. Obat anti hipertensi seperti bisoprolol memiliki penyerapan yang baik pada pagi hari, sehingga baik diberikan saat sahur.

3. Pola Makan yang Sehat dan Seimbang

  • Sahur: konsumsi makanan kaya serat (oatmeal, roti gandum, sayur) dan protein (telur, ikan, ayam tanpa kulit). Hindari makanan asin dan tinggi lemak.
  • Berbuka: awali dengan air putih dan kurma, lalu konsumsi makanan bernutrisi seperti sup, nasi merah, ikan, dan sayur.
  • Hindari makanan berlemak tinggi dan gorengan karena dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memperberat kerja jantung.
  • Perbanyak cairan (minimal 8 gelas air dalam sehari) untuk menghindari dehidrasi.

4. Mengenali Tanda Bahaya saat Berpuasa

Jika mengalami gejala berikut, pasien harus segera membatalkan puasa dan mencari pertolongan medis:

  • Nyeri dada atau sesak napas
  • Jantung berdebar hebat atau tidak beraturan
  • Pusing, lemas, atau pingsan
  • Kaki atau tubuh bengkak secara tiba-tiba

5. Menjaga Aktivitas Fisik

  • Tetap melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki setelah berbuka untuk menjaga kesehatan jantung.
  • Hindari aktivitas berat atau olahraga intens yang bisa menyebabkan dehidrasi dan membebani kerja jantung.

Baca Juga: 3 Cara Menghitung Frekuensi Jantung (Heart Rate)

Pasien dengan penyakit jantung bisa berpuasa jika kondisi mereka stabil dan mendapat izin dokter. Dengan pengaturan obat yang tepat, pola makan sehat, serta memperhatikan tanda bahaya, puasa dapat dilakukan dengan aman. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan, pasien sebaiknya tidak memaksakan diri dan mencari alternatif ibadah lainnya.

Konsultasikan dengan dokter sebelum berpuasa agar kesehatan tetap terjaga selama Ramadhan. Semangat terus puasanya ya!

Referensi

InfoSehat FKUI. (2019, Mei 14). Aturan Minum Obat bagi Pasien Jantung yang Ingin Berpuasa Ramadhan. Retrieved Maret 11, 2025, from Info Sehat FKUI: https://fk.ui.ac.id

Jakarta Heart Center. (2021, April 29). Jakarta Heart Center. Retrieved Maret 11, 2025, from Pengaturan Makanan dan Obat-Obatan Jantung Selama Berpuasa: https://www.jakartaheartcenter.com

PERKI. (2024, Maret 05). Potensi Manfaat & Bahaya Berpuasa untuk Jantung. Retrieved Maret 11, 2025, from inheart.org: https://inaheart.orgRamadhan. (2019, Desember 12). Panduan Shaum Bagi Penderita Sakit Jantung. Retrieved Maret 11, 2025, from Sinergi Foundation: https://www.sinergifoundation.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *