banner 728x250

Gangguan (Menstruasi) Haid

Photo/Freepik.com

A. Pre-Menstruasi Syndrome (PMS)

1. Definisi

Pre-Menstruasi Syndrome (PMS), merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke dua sampai hari ke empat sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi selesai.

2. Etiologi

  1. Sekresi estrogen yang abnormal.
  2. Kelebihan atau defisiensi progesteron.
  3. Kelebihan atau defisiensi kortisol, sindrogen atau prolaktin.
  4. Kelebihan atau defisiensi prostaglandin.

Baca juga : Kenali Gejala Harga Diri Rendah

3. Patofisiologi

Penyebab sindrom premenstruasi ini belum diketahui sebabnya. tetapi beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Teori lain menunjuk pada aktivitas metabolisme prostaglandin abnormal, dan gangguan aksis hipotalamik-pituitary-ovarium sebagai penyebabnya. 

4. Penatalaksanaan

Diet harian

Makan-makanan dalam porsi kecil, batasi konsumsi gula, garam, alkohol, nikotin. Pemberian vitamin B6, kalsium, magnesium. 

Obat-obatan

  • Pil kontrasepsi oral atau progesteron, misalnya medroksiprogesteron asetat.
  • NSAID, misalnya aspirin, naproksen, indometasin, dan asam mefenamat.
  • Progesteron dan injeksi.

B. Amenorhea

  1. Definisi

Amenorrhea adalah suatu keadaan tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih secara abnormal.

  1. Etiologi

Hymen imperforate, yaitu selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar. Keluhan pada kejadian ini biasanya mengeluh sakit perut tiap bulan. Hal ini bisa diatasi dengan operasi. il. Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim, sehingga tidak terjadi haid/hanya sedikit.

Pengobatannya dengan terapi hormon. ili. Amenorrhea sekunder, yaitu biasanya pada wanita yang. pernah menstruasi sebelumnya. Penyebab amenorrhea sekunder ini terjadi karena hipotensi, anemia, infeksi atau kelemahan kondisi tubuh secara umum, dan stres psikologis. Pengobatannya dengan belajar untuk mengatasi stres.

  1. Patofisiologi

Gangguan pada pasien disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekunder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan ovarium prematur dapat disebabkan karena kelainan. genetik dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. d. Penatalaksanaan

Pengelolaan pada pasien tergantung dari penyebab. Penyebabnya adalah kemungkinan genetik dan prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi suntik hormon, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan. e. Terapi

Apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stres dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.

C. Dismenore

  1. Definisi

Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Biasanya terasa di perut bagian bawah. Nyeri tersebut dapat terasa sebelum haid, selama, dan sesudah haid.

2. Etiologi 

Dismenore primer

Faktor

  • Faktor psikologis

Biasanya terjadi pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasakan kesakitan. 

  • Faktor endokrin

Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah.

  • Faktor neurologis

Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem saraf otonom. terhadap miometrium.

Dismenorea sekunder

  • Anemia
  • Obstruksi kanalis servikalis
  • Anomali uterus kongenital
  • Endometriosis dan adenomiosis

Patofisiologi

Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase AZ. Fosfolipase AZ akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan asam arakidonat. Asam rakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2 alpha. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darah dalam darahnya, yang merangsang miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmia uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksida juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsangan fisik dan kimia

3. Penatalaksanaan

Terapi medis untuk klien dismenore diantaranya adalah :

  • Pemberian obat analgesik
  • Terapi hormonal
  • Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

(DOK/NS)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M., Deitra Leonard Lowdermilk, Margareth Duncan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Morton, Patricia Gonce, Dorrie Fontaine, Carolyn M.Hudak, Barbara M.Gallo. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta; EGC.

Saputra, Lyndon, 2013. Keterampilan Dasar untuk Perawat dan Bidan. Tangerang: Binarupa Aksara.

re. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: RGC.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *