banner 728x250

Franz Beckenbauer Meninggal Setelah Melawan Parkinson, Teori Parkinson Bisa Dipahami!

Parkinson

Mediaperawat.id – Franz Beckenbauer meninggal dunia, mantan pemain sepak bola legendaris jerman dengan julukan “Der Kaiser” dalam sejarah sepak bola dunia mengalami penurunan kesehatan sejak 2015 sejak putranya Stephan meninggal dunia. 

Beckenbauer berjuang melawan penyakit Parkinson, Demensia dan juga melakukan operasi jantung beberapa tahun silam dan meninggal pada hari  Senin, 08 Jan 2024 23:58 WIB. Dalam kejadian tersebut dapat mengenal lebih dalam mengenai penyakit parkinson.  

Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang umumnya mempengaruhi sistem saraf pusat dan berdampak pada kontrol gerakan seseorang. Berikut adalah beberapa pengertian Parkinson menurut beberapa ahli:

  • National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS): Parkinson adalah gangguan neurologis progresif yang terjadi ketika sel-sel saraf tertentu di otak mengalami kerusakan atau mati. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti tremor, kekakuan otot, dan ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan.
  • American Parkinson Disease Association (APDA): Parkinson sebagai gangguan yang terkait dengan penurunan produksi dopamine di otak. Dopamine adalah zat kimia yang penting untuk mengatur gerakan tubuh. Kekurangan dopamine dapat menyebabkan gejala-gejala khas Parkinson.
  • Mayo Clinic: Parkinson adalah gangguan saraf yang berkembang secara perlahan, menyebabkan getaran atau tremor, kekakuan otot, dan masalah keseimbangan. Gejala-gejala ini berkembang karena hilangnya sel-sel saraf yang menghasilkan dopamine di otak.
  • World Health Organization (WHO): Parkinson adalah salah satu dari berbagai gangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi gerakan dan keseimbangan tubuh. Penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
  • Michael J. Fox Foundation for Parkinson’s Research: Parkinson adalah penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak, khususnya dalam area yang disebut substantia nigra. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala motorik seperti tremor, kekakuan, dan ketidakmampuan untuk bergerak dengan lancar.

Faktor-Faktor Parkinson

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Parkinson dalam populasi. Berikut adalah beberapa aspek epidemiologi yang berkaitan dengan Parkinson:

  • Prevalensi dan Insidensi: Prevalensi mencerminkan jumlah kasus Parkinson dalam populasi pada suatu titik waktu tertentu, sedangkan insidensi mengacu pada jumlah kasus baru yang muncul selama periode waktu tertentu. Parkinson lebih umum terjadi pada usia lanjut, dan prevalensinya cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Usia dan Gender: Risiko Parkinson meningkat dengan usia, dan penyakit ini lebih umum terjadi pada populasi lansia. Beberapa penelitian juga mencatat perbedaan gender, dengan beberapa menunjukkan bahwa pria mungkin memiliki risiko sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita.
  • Faktor Genetik: Terdapat bentuk Parkinson familial yang dapat diturunkan secara genetik. Meskipun jenis Parkinson ini merupakan sebagian kecil dari kasus, pemahaman tentang faktor-faktor genetik telah menjadi bagian penting dari epidemiologi Parkinson.
  • Faktor Lingkungan: Beberapa faktor lingkungan telah dikaitkan dengan risiko Parkinson, termasuk paparan pestisida, logam berat, dan senyawa kimia tertentu. Studi epidemiologi berusaha untuk memahami hubungan antara faktor-faktor ini dan perkembangan Parkinson.
  • Geografi: Ada variasi geografis dalam prevalensi Parkinson di seluruh dunia. Beberapa daerah atau populasi mungkin memiliki tingkat kejadian yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan penelitian berusaha untuk memahami apakah faktor lingkungan atau genetik memainkan peran dalam perbedaan ini.
  • Pengaruh Sosial dan Ekonomi: Beberapa penelitian epidemiologi telah mencoba memahami apakah faktor-faktor sosial dan ekonomi, seperti status ekonomi, pendidikan, atau akses ke pelayanan kesehatan, dapat mempengaruhi prevalensi atau tingkat diagnosis Parkinson.
  • Teknologi dan Data: Penggunaan teknologi dan pengolahan data yang semakin canggih memungkinkan penelitian epidemiologi Parkinson untuk mengumpulkan data dengan lebih efisien, termasuk melalui basis data medis elektronik dan penggunaan teknologi monitoring untuk pemantauan gejala.

Etiologi Parkinson

Etiologi Parkinson mengacu pada faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada perkembangan penyakit Parkinson. Penelitian terus dilakukan untuk memahami lebih lanjut etiologi penyakit ini agar dapat mengembangkan strategi pencegahan dan perawatan yang lebih efektif. beberapa faktor risiko dan mekanisme yang diidentifikasi telah menjadi fokus penelitian. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada etiologi Parkinson meliputi:

  • Faktor Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan Parkinson dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Beberapa mutasi genetik tertentu, meskipun jarang, telah dikaitkan dengan kasus Parkinson familial (diturunkan dalam keluarga).
  • Kerusakan Mitokondria: Mitokondria adalah struktur sel yang bertanggung jawab untuk produksi energi. Kerusakan mitokondria telah dihubungkan dengan proses degeneratif yang terjadi dalam neuron, yang dapat berkontribusi pada terjadinya Parkinson.
  • Dopaminergik Depletion: Parkinson terkait dengan penurunan produksi dopamine, zat kimia otak yang berperan penting dalam pengaturan gerakan. Penyebab pasti dari penurunan produksi dopamine belum sepenuhnya dipahami, tetapi hal ini terkait dengan kerusakan sel-sel saraf tertentu di otak, khususnya di substantia nigra.
  • Protein Lewy Bodies: Dalam otak penderita Parkinson, terbentuk agregat abnormal protein yang disebut Lewy bodies. Protein yang terkait dengan Lewy bodies, seperti alfa-sinuklein, dapat berperan dalam proses degeneratif yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf.
  • Ekspresi Lingkungan: Beberapa faktor lingkungan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial, meskipun hubungan ini masih dalam tahap penelitian. Contohnya, paparan pestisida atau logam berat tertentu di lingkungan dapat meningkatkan risiko Parkinson.
  • Usia: Risiko Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun Parkinson dapat terjadi pada usia muda (early-onset Parkinson’s), sebagian besar kasus terjadi pada usia lanjut.
  • Trauma Kepala: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa trauma kepala berat atau berulang mungkin meningkatkan risiko pengembangan Parkinson.

Patofisiologi Parkinson

Patofisiologi Parkinson melibatkan berbagai perubahan biologis dan kimia di dalam otak, terutama di daerah yang disebut substantia nigra. Substantia nigra merupakan bagian dari otak yang menghasilkan neurotransmitter penting yang disebut dopamine. Gangguan dalam produksi dan penggunaan dopamine menyebabkan gejala utama Parkinson. Meskipun kompleks, beberapa pathway atau jalur terlibat dalam patogenesis Parkinson. Berikut adalah beberapa aspek kunci dalam pathway Parkinson:

  • Kerusakan Neuron Dopaminergik: Proses patologis utama dalam Parkinson adalah kerusakan sel-sel saraf dopaminergik di substantia nigra, yang menyebabkan penurunan produksi dopamine. Sel-sel saraf ini membentuk jalur utama dalam pathway Parkinson.
  • Akumulasi Lewy Bodies: Dalam otak penderita Parkinson, terjadi akumulasi protein abnormal yang disebut Lewy bodies. Protein yang terkait dengan Lewy bodies, terutama alfa-sinuklein, dapat mengganggu fungsi normal sel-sel saraf dan menyebabkan kematian sel.
  • Oksidatif Stress: Oksidatif stress terjadi ketika tubuh tidak mampu menanggapi atau menetralisir jumlah radikal bebas yang dihasilkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa oksidatif stress dapat berperan dalam kerusakan sel-sel saraf dopaminergik pada Parkinson.
  • Mitokondria dan Disfungsi Energi: Beberapa bukti menunjukkan bahwa kerusakan mitokondria, organel sel yang bertanggung jawab untuk produksi energi, dapat memainkan peran dalam perkembangan Parkinson. Disfungsi mitokondria dapat mengganggu produksi energi sel dan menyebabkan kematian sel.
  • Proinflamasi dan Sistem Kekebalan: Peradangan (inflamasi) di otak juga telah dikaitkan dengan Parkinson. Aktivasi sistem kekebalan dan pelepasan sitokin proinflamasi dapat menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel saraf.
  • Faktor Genetik: Ada beberapa mutasi genetik yang telah dikaitkan dengan Parkinson, meskipun jenis ini hanya menyumbang sebagian kecil dari seluruh kasus. Faktor genetik dapat mempengaruhi jalur biokimia tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit.
  • Proses Perkembangan yang Lambat: Parkinson berkembang secara perlahan, dan gejala muncul ketika sejumlah besar sel-sel saraf dopaminergik telah rusak atau mati. Ini menunjukkan bahwa proses patologis di dalam otak telah berlangsung selama waktu yang lama sebelum gejala muncul.

Komplikasi Penyakit Parkison

Studi tentang pathway Parkinson sedang berlangsung, dan penelitian terus berusaha untuk mengidentifikasi target potensial untuk pengembangan terapi yang lebih efektif. Meskipun masih banyak yang harus dipahami, pemahaman terhadap jalur-jalur ini memberikan dasar untuk penelitian dan pengembangan intervensi yang dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit ini.

Manajemen penyakit Parkinson melibatkan pengobatan untuk mengendalikan gejala, terapi fisik dan okupasional, serta dukungan sosial dan psikologis. Kondisi ini dapat bervariasi antara penderita, dan pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Penyakit Parkinson dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderita. Beberapa komplikasi utama termasuk:

  • Gangguan Motorik:

Tremor: Gerakan involunter dan berulang dari satu atau beberapa bagian tubuh. Kekakuan (Rigidity): Keadaan otot yang kaku dan sulit untuk digerakkan. Bradykinesia: Pergerakan lambat dan kesulitan dalam memulai atau menghentikan gerakan. Postural Instability: Kesulitan mempertahankan keseimbangan dan risiko jatuh meningkat.

  • Gangguan Koordinasi Motorik:

Kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari seperti berjalan, menulis, atau berpakaian.

  • Masalah Gastrointestinal: 

Disfagia: Kesulitan menelan, yang dapat menyebabkan risiko aspirasi (masuknya makanan atau cairan ke paru-paru). Konstipasi: Penurunan gerakan usus yang dapat menyebabkan masalah pencernaan.

  • Masalah Kognitif:

Gangguan Kognitif: Pada tahap lanjut penyakit, beberapa penderita Parkinson dapat mengalami gangguan kognitif seperti masalah memori, konsentrasi, dan penalaran. Demensia Parkinson: Beberapa penderita dapat mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih signifikan, mengarah pada demensia Parkinson.

  • Gangguan Mood dan Psikologis:

Depresi: Umum di antara penderita Parkinson dan dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Ansietas: Kecemasan dan ketegangan mental dapat menjadi tantangan. Perubahan Mood: Perubahan suasana hati atau emosional yang dapat berkaitan dengan perubahan kimia otak.

  • Gangguan Tidur:

Insomnia: Kesulitan tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Gangguan Tidur REM (Rapid Eye Movement): Beberapa penderita Parkinson mengalami gangguan tidur yang melibatkan pergerakan fisik intensitas tinggi selama fase tidur REM.

  • Masalah Sensasional: 

Nyeri: Beberapa penderita Parkinson dapat mengalami nyeri otot atau sendi. Parastesia: Sensasi kesemutan, terbakar, atau mati rasa pada bagian tubuh tertentu.

  • Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang digunakan untuk mengelola gejala Parkinson dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan diskinesia (gerakan otot yang tidak terkendali).

  • Gangguan Saluran Kemih:

Kesulitan buang air kecil atau inkontinensia urin dapat terjadi pada sebagian penderita.

  • Sosial dan Fungsional:

Penderita Parkinson mungkin mengalami isolasi sosial atau kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau mengemudi.

Gejala Klinis Parkinson

Gejala klinis Parkinson bervariasi antar individu dan berkembang secara perlahan seiring waktu. Gejala ini dapat mempengaruhi gerakan tubuh, fungsi kognitif, dan aspek-aspek lain dari kesehatan. Berikut adalah beberapa gejala klinis utama yang biasanya terkait dengan penyakit Parkinson:

  • Tremor: Tremor tangan yang umumnya terlihat saat istirahat. Tremor dapat mempengaruhi satu atau kedua tangan dan biasanya menghilang selama gerakan.
  • Kekakuan (Rigidity): Keadaan otot yang kaku dan tegang. Penderita mungkin merasa kaku atau sulit untuk melakukan gerakan tertentu.
  • Bradykinesia: Pergerakan lambat dan kesulitan dalam memulai atau menghentikan gerakan. Keterampilan motorik halus seperti menulis atau mengancingkan baju dapat terpengaruh.
  • Postural Instability: Kesulitan mempertahankan keseimbangan dan risiko jatuh meningkat. Posisi tubuh yang tegak mungkin sulit untuk dijaga.
  • Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi: Gangguan dalam koordinasi gerakan dan kesulitan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
  • Disfagia: Kesulitan menelan, yang dapat menyebabkan masalah nutrisi dan risiko aspirasi.
  • Gangguan Tidur: Insomnia atau kesulitan tidur. Gangguan tidur REM yang melibatkan gerakan tubuh yang intens selama fase tidur.
  • Masalah Gastrointestinal: Konstipasi atau penurunan gerakan usus.
  • Masalah Mood: Depresi, ansietas. perubahan suasana hati.
  • Gangguan Kognitif: Gangguan kognitif ringan hingga demensia Parkinson pada tahap lanjut.
  • Perubahan Fisik: Ekspresi wajah yang kaku atau kurang responsif (mask-like face), postur tubuh yang miring ke depan.
  • Micrographia: Tulisan yang semakin kecil dan sulit terbaca.
  • Gangguan Saluran Kemih: Kesulitan buang air kecil atau inkontinensia urin.
  • Diskinesia: Gerakan tubuh yang tidak terkendali, terutama sebagai efek samping dari penggunaan obat levodopa dalam jangka panjang.

Diagnosis dan Penanganan Gejala Parkinson

Penting untuk diingat bahwa tidak semua penderita Parkinson akan mengalami semua gejala ini, dan tingkat keparahan dapat bervariasi. Diagnosis dan penanganan gejala Parkinson sebaiknya dilakukan oleh profesional medis, seperti neurolog atau spesialis geriatri. Dalam banyak kasus, pengobatan dan manajemen gejala dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita.

Pemeriksaan diagnostik Parkinson melibatkan evaluasi gejala klinis, riwayat medis, dan serangkaian tes untuk memastikan diagnosis. Beberapa pemeriksaan dan uji yang umumnya digunakan dalam proses diagnostik Parkinson meliputi:

  • Wawancara Klinis dan Riwayat Medis: Mendiskusikan gejala yang dialami oleh pasien dan mencari tahu kapan gejala tersebut pertama kali muncul. Informasi tentang riwayat kesehatan keluarga juga dapat diambil untuk menentukan apakah ada riwayat Parkinson atau gangguan neurologis lainnya.
  • Pemeriksaan Fisik: Melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai gejala motorik, seperti tremor, kekakuan, dan gangguan keseimbangan. Pemeriksaan neurologis melibatkan evaluasi refleks, kepekaan, dan fungsi motorik.
  • Tes Sangat Daerah Otak:  SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) atau PET (Positron Emission Tomography) scan dapat digunakan untuk memeriksa aktivitas otak dan mengidentifikasi perubahan pada tingkat kimia dalam otak, termasuk tingkat dopamine.
  • MRI (Magnetic Resonance Imaging): Meskipun MRI tidak dapat secara langsung menegakkan diagnosis Parkinson, pemeriksaan ini dapat membantu mengeluarkan kemungkinan adanya lesi atau penyebab lain yang mungkin menghasilkan gejala serupa.
  • Uji Darah: Meskipun tidak ada tes darah khusus untuk Parkinson, tes ini dapat digunakan untuk menghilangkan kemungkinan kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala serupa.
  • Uji Fungsional Dopaminergik: Uji dengan menggunakan obat-obatan yang berinteraksi dengan sistem dopaminergik dapat membantu memverifikasi diagnosis. Contohnya adalah uji dengan levodopa, prekursor dopamine.
  • Uji Genetik: Meskipun kebanyakan kasus Parkinson bersifat sporadik, ada beberapa kasus yang bersifat familial. Uji genetik dapat digunakan untuk mengidentifikasi mutasi genetik tertentu yang terkait dengan Parkinson.
  • Uji Mental dan Kognitif: Pemeriksaan kognitif dapat digunakan untuk menilai fungsi otak dan mengidentifikasi gangguan kognitif yang mungkin berkembang seiring waktu.
  • Uji Refleks dan Fungsi Motorik: Pemeriksaan refleks dan uji motorik dapat membantu dalam menilai kerusakan saraf dan gangguan motorik.

Hasil dari pemeriksaan diagnostik ini, bersama dengan gejala klinis dan riwayat pasien, akan membantu dalam menetapkan diagnosis Parkinson. Penting untuk diingat bahwa proses diagnosis dapat memakan waktu, dan mungkin perlu melakukan beberapa uji untuk mengonfirmasi atau mengecualikan diagnosis Parkinson. Diagnosis yang akurat dan dini memungkinkan untuk perencanaan pengobatan dan manajemen yang lebih efektif.

Baca Juga: Farmakologi Keperawatan I : Antipsychotic agent

Tatalaksana Parkinson

Penatalaksanaan Parkinson melibatkan pendekatan yang holistik untuk mengelola gejala-gejala yang beragam yang dialami oleh penderita. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Parkinson, ada berbagai strategi dan terapi yang dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut adalah beberapa aspek penatalaksanaan Parkinson:

1. Obat-obatan

  • Levodopa: Levodopa adalah prekursor dopamine dan merupakan obat utama untuk menggantikan kekurangan dopamine dalam otak.
  • Agonis Dopaminergik: Obat-obatan ini merangsang reseptor dopamin di otak dan dapat membantu mengendalikan gejala.
  • Inhibitor MAO-B (Monoamine Oxidase-B): Menghambat enzim yang memecah dopamine di otak.
  • Antikolinergik: Dapat membantu mengatasi kekakuan dan tremor.
  • Amantadin: Merupakan obat yang dapat membantu mengurangi gejala bradikinesia dan meningkatkan pengaturan gerakan.

2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

  • Latihan Fisik: Terapi fisik dan latihan rutin dapat membantu mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan.
  • Terapi Okupasional: Memfokuskan pada pengembangan keterampilan sehari-hari dan strategi untuk memudahkan aktivitas rutin.

3. Terapi Pemulihan dan Gerakan

  • Terapi Pemulihan: Fokus pada gerakan dan latihan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan motorik.
  • Terapi Musik dan Seni: Dapat membantu meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerakan.

4. Manajemen Gizi: Menerapkan diet seimbang dengan asupan nutrisi yang cukup dapat mendukung kesehatan dan kekuatan otot.

5. Pemantauan Kesehatan Mental: Konseling Psikologis bermanfaat untuk mengatasi stres, kecemasan, dan depresi yang dapat terkait dengan penyakit Parkinson.

6. Pembedahan: Deep Brain Stimulation (DBS): Pembedahan di mana elektroda ditempatkan dalam otak dan disambungkan ke alat stimulasi di dalam dada untuk membantu mengurangi gejala motorik.

7. Pendekatan Komplementer dan Alternatif

  • Akupunktur: Beberapa orang menemukan bantuan dalam mengelola gejala Parkinson melalui akupunktur.
  • Yoga dan Tai Chi: Olahraga ini dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kekuatan otot.

6. Dukungan Sosial

Bergabung dengan kelompok dukungan Parkinson dapat memberikan dukungan emosional dan informasi yang berharga. Dukungan keluarga dan konseling dapat membantu mengelola dampak penyakit pada kehidupan sehari-hari.

Pengelolaan Parkinson seringkali memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi dan dapat melibatkan kerja sama antara penderita, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Terapi dan perawatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan kebutuhan individu. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk merencanakan penatalaksanaan yang tepat.

Referensi:

Olahraga, Sepak Bola. CNN Indonesia. Legenda Sepak Bola Jerman Franz Beckenbauer Meninggal Dunia. 2024. Diakses 9 Januari 2024. https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20240108234907-142-1046942/legenda-sepak-bola-jerman-franz-beckenbauer-meninggal-dunia.
Chris Tanto, Frans Liwang, Sonia Hanifati, Eka Adip Pradipta. Media Aesculapius. Jakarta. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine edisi IV jilid 1. (Buku milik Pribadi).
Chris Tanto, Frans Liwang, Sonia Hanifati, Eka Adip Pradipta. Media Aesculapius. Jakarta. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine edisi IV jilid 2 (Buku milik Pribadi).
Safia Alia, Hanik Badriyah Hidayati, Muh.Hamdan, Priya Nugraha, Achmad Fahmi, Agus Turchan,
Yudha Haryon. Universitas Airlangga. E-Journal pdf. 2021. Penyakit Parkinson: Tinjauan Tentang Salah Satu Penyakit Neurodegeneratif yang Paling Umum. Diakses 9 Januari 2024. https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrKEiP1fZxlJosAJKDLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzQEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1704783478/RO=10/RU=https%3a%2f%2fe-journal.unair.ac.id%2faksona%2farticle%2fdownload%2f35326%2f17643/RK=2/RS=N1dyehvsFaHx7LlIbGyzSmv2n7U.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *