banner 728x250

Kenali Stunting Pada Anak dan Cara Mencegahnya

Foto : Ilustrasi Stunting Anak/Freepik.com

MediaPerawat.id – Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam perkembangan kualitas manusia. Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang memiliki dampak serius sehingga perlu perhatian lebih dalam penanganannya. Kondisi stunting akan menyebabkan balita atau baduta (bayi dibawah usia dua tahun) memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal. Anak juga akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas.

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG) diketahui pada tahun 2015 ditemukan sebesar 29% balita mengalami stunting dan pada tahun 2017 ditemukan sebesar 29,6% balita mengalami stunting (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan RI, 2017). Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, prevalensi stunting di Indonesia berada pada kelompok high prevalence, sama halnya dengan negara Kamboja dan Myanmar (Bloem dkk, 2013).

Apa itu stunting?

Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umunya (yang seusia). Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, di mana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak.

Periode 0-24 bulan atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi bersifat permanen. Oleh karena itu, diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat atau tercukupi pada usia ini.

Baca Juga : Ibu Menyusui dan Gizi yang Diperlukan

Apa ciri-ciri anak mengalami stunting?

Agar dapat mengetahui kejadian stunting pada anak maka perlu diketahui ciri-ciri  anak yang mengalami stunting sehingga jika anak mengalami stunting dapat ditangani sesegera mungkin.

  • Tanda pubertas terlambat (Pubertas terlambat apabila perubahan fisik awal pubertas tidak terlihat pada usia 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki)
  • Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye contact
  • Pertumbuhan terhambat
  • Wajah tampak lebih muda dari usianya
  • Pertumbuhan gigi terlambat
  • Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar

Apa saja penyebab stunting?

Menurut WHO (2013) membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu:

  • Faktor keluarga dan rumah tangga

Faktor maternal, dapat disebabkan karena nutrisi yang buruk pada ibu selama prekonsepsi (sebelum hamil), kehamilan, dan laktasi (menyusui). Selain itu juga dipengaruhi perawakan ibu yang pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat, dan hipertensi. Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh kurangnya stimulasi dan aktivitas, ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat, dan rendahnya edukasi pengasuh.

  • Makanan tambahan/komplementer yang tidak mencukupi

Kualitas makanan yang buruk dan praktik pemberian makanan yang tidak memadai saat pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi setelah umur 6 bulan akan menyebabkan ketidakseimbangan proses metabolisme di dalam tubuh, bila hal ini terjadi terus menerus akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan

  • Masalah-masalah pemberian ASI

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi menunda inisiasi menyusu, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini konsumsi ASI. Pada balita yang tidak diberi ASI eksklusif akan berisiko mengalami stunting 3,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI eksklusif.

  • Infeksi

Malnutrisi dan infeksi seringkali terjadi pada saat bersamaan. Malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan malnutrisi yang mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, yang daya tahan terhadap penyakitnya rendah, akan jatuh sakit dan akan menjadi semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit.

Baca Juga : Pengukuran Nyeri FLACC pada Anak

Apa dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting?

  • Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
  • Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Bagaimana cara mencegah stunting?

  • Pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu perlu diperhatikan selama prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Pada ibu hamil harus mendapatkan gizi yang cukup, konsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan dan suplementasi zat gizi yang terpantau.
  • Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Pemberian ASI Ekslusif untuk anak sampai dengan usia 6 bulan, yang kemudian setelah 6 bulan bisa diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI)
  • Rutin ke Posyandu untuk memantau pertumbuhan balita sehingga dapat mendeteksi dini apakah ada gangguan tumbuh kembang serta memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap
  • Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan, kurangnya asupan makan yang memadai akan menyebabkan berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan menyebabkan metabolisme nutrisi di dalam tubuh terganggu sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi saat pertumbuhan.

  • Tersedianya akses air bersih. Penggunaan air yang tidak bersih akan menyebabkan penyakit seperti penyakit kulit, diare dan sanitasi yang buruk sehingga berdampak pada kondisi stunting. Kondisi air yang kotor menyebabkan tidak adanya penyerapan gizi di pencernaan.
  • Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli

Sumber Referensi :

Atikah Rahayu, dkk. 2018. Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta: CV Mine

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *