banner 728x250

Laporan Pendahuluan Keperawatan Halusinasi

Foto:@Ilustrasi/Freepik.com

I . KASUS  (MASALAH  UTAMA)

A. Pengertian Halusinasi

Menurut Direja, 2011 halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal. Klien memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata

Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Stuart, 2007).

Disimpulkan halusinasi adalah keadaan dimana pancaindra tidak dapat membedakan rangsangan interna dan eksterna yang menimbulkan respons yang tidak sesuai dengan jumlah (interpretasi yang datang).

II. PROSES  TERJADINYA  MASALAH

A. Proses Prediposisi

Pada pasien dengan halusinasi (Stuart and Lumala,1998) adalah faktor perkembangan yaitu jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungn interpersonal yang terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Dan faktor sosio kultural di masyarakat seperti kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi dan stres yang menumpuk. Selanjutnya faktor biokimia yang menyebabkan terjadinya pelepasan zat-zat halusinogen (bupatin dan simotil transerase) yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam proses informasi dan penurunan kemampuan menanggapi rangsangan.

B. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi halusinasi menurutStuart and Sundeen,1998 adalah stressor sosial dimana stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dari orang sangat penting atau diasingkan oleh kelompok masyarakat.Faktor biokimia dimana karena klien kurang berinteraksi dengan kelompok lain, suasana terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat halusigenik.  Kemudian masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara lain adalah harga diri rendah dan isolasi sosial. Akibat kurangnya ketrampilan berhubungan sosial, klien jadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi lebih dominan dibandingkan dengan stimulus internal.

BACA JUGA : Teori Keperawatan Model Madeleine Leininger : Transcultural Nursing

C. Mekanisme  Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen,1998,hal 33). Mekanisme koping merupakan upaya langsung dalam mengatasi stres yang berorientasi pada tugas yang meliputi upaya pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada. Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi adalah regresi yaitu berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, klien jadi malas beraktifitas sehari-hari. Proyeksi yaitu upaya untuk menyelesaikan kehancuran persepsi dan mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain atau suatu benda. Denial adalah menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan dan mengakui adanya kenyataan ini.

D. Rentang Respons

E. Fase –fase Halusinasi

Menurut Stuart and Laraia,1998, halusinasi dibagi menjadi 4 fase yaitu :

1.Fase pertama :

Individu mengalami stres, cemas, perasaan terpisah kecuali kesepian klien mungkin melamun dan memfokuskan pada hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Hal ini menolong sementara integrasi pemikirannya meningkat tetapi masih bisa mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya.

2. Fase kedua :

Ketakutan meningkat dipengaruhi oleh pengalaman berada pada tingkat pendengaran halusinasi pikiran internal menjadi menonjol. Halusiansi sensori dapat berupa bisikan yang tidak jelas dan suara aneh tetapi klien takut bila orang lain mendengar atau memperhatikannya, perasaan klien tidak efektif untuk mengontrol dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan pengalaman sehingga seolah-olah halusinasi datangnya dari tempat lain.

BACA JUGA : Laporan Pendahuluan Sistem Kardiovaskuler Congestive Heart Failure

3. Fase ketiga :

Halusinasi semakin menonjol menguasai dan mengontrol klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya tersebut memberi kemungkinan dan rasa aman sementara.

4. Fase keempat :

Klien merasa tidak berdaya dan terpaku untuk melepaskan dirinya dan kontrol yang sebelumnya menyenangkan menjadi memerintah, memarahi, mengancam dirinya, klien tidak behubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Mungkin klien berada dalam dunia menakutkan. Bila tidak dilakukan intervensi secepatnya proses tersebut bisa menjadi kronik.

E. Klasifikasi jenis dan sifat masalah

Adapun jenis dan sifat halusinasi menurut Wilson & Kneils,1998 yaitu :

  • Halusinasi dengar (Auditarik dan Akustik) yaitu suara atau ucapan yang didengar oleh klien tetapi tidak ada obyek realita, merupakan proyeksi ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dirinya yang dihubungkan dengan kekuatan ketakutan luar yang kadang-kadang  suara tersebut memaki-maki, menghina orang lain, menertawakan dan mengancam.
  • Halusinasi lihat (Visual) yaitu bayangan visual atau sensasi yang dialami oleh klien tanpa adanya stimulus, klien mungkin melihat bayangan dari figure obyek atau kejadian orang lain tidak melihat  obyek tersebut.
  • Halusinasi kecap (Eustatorik) yaitu halusinasi rasa yang terjadi bersama-sama dengan halusinasi bau, klien merasa mengecap sesuatu bau atau rasa di dalam mulitnya.
  • Halusinasi hirup atau bau (Olfaktori) yaitu klien mengalami atau mengatakan mencium bau-bauan seperti bunga, kemenyan dan bau-bau lain yang sebenarnay tidak ada sumbernya.
  • Halusinasi raba (Taktil) yaitu klien merasa ada seseorang yang memegang, meraba, memukul klien. Halusinasi septik yaitu klien merasakan rabaan yang merupakan rangsangan seksual.

Dari semua tipe halusinasi tersebut dapat terjadi sendiri atau secara kombinasi halusinasi dapat menimbulkan perubahan yang jelas pada perubahan lingkungan yang nyata, sehingga klien dapat sulit diajak bicara, komunikasi mengenai diri dan lingkungannya serta mengukur efek yang terdapat pada klien tersebut.

III. A. POHON  MASALAH

 B. MASALAH  KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI

  1. Masalah Keperawatan
    Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi
  2. Data yang perlu dikaji
    Data Subyektif
  • Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga.
  • Klien mengatakan sering melihat sesuatu

Data Obyektif

  • Klien tampak ketakutan
  • Klien tampak bicara sendiri
  • Klien tampak marah tanpa sebab
  • Klien kadang tertawa sendiri
  • Klien sering menyendiri
  • Klien tampak mondar-mandir

BACA JUGA : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Lansia Dengan Diagnosa Keperawatan Depresi, Kesepian, Dan Resiko Jatuh

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

VI. DAFTAR  PUSTAKA

  • Carpenito-Lynda Juall.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
  • Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan dan Keperawtan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC
  • Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

(Dok/AM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *