Opini  

Metode SMARP Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Citra Perawat yang Komunikatif, Santun dan Berintegritas

Oleh : Rifkal Artha Yuda, Mahasiswa Terbaik Non Akademik Profesi Ners UMKT

Mediaperawat – Perawat adalah seseorang yang bertugas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan kelompok dalam keadaan sakit maupun sehat. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai profesi yang profesional, perawat perlu bertindak secara komitmen, dan berintegritas tinggi sesuai dengan kode etik dan standar praktik yang ditetapkan. Integritas seorang perawat dalam menjalankan praktik profesionalnya dapat terlihat ketika perawat tersebut bersikap jujur dan memberikan perawatan yang tepat sesuai dengan kerangka etik yang diterima dalam profesi (Berman et al., 2021).

Etika keperawatan merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini menjadi standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya

Dewasa ini profesi perawat banyak disorot oleh masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan sejak Indonesia di landa wabah Covid-19. Kejadian pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu  merupakan kejadian luar biasa dalam bidang kesehatan. Perawat yang menjadi salah satu garda terdepan dalam menyelesaikan wabah ini, berjibaku dengan segala upaya yang dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan secara paripurna. Hal inilah yang membuat perawat makin disorot. Tentunya dengan demikian, perawat perlu menjaga sikap dan menerapkan prinsip etik agar kemudian apa yang perawat kerjakan tidak menjadi suatu kesalahan di mata Masyarakat (Widakdo, Nurbaya, & Mahliyati 2023).

Dalam menjalankan profesinya, perawat harus menjunjung tinggi asas profesionalitas dan menerapkan prinsip etik yang ada. Kedua hal ini merupakan bagian yang penting dan juga mendasar dalam membangun hubungan yang baik dengan seluruh pihak guna memberikan pelayanan yang baik. Apabila sudah terjalin hubungan yang baik maka akan menimbulkan kemudahan bagi perawat untuk menjaga tujuannya yaitu pada kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dengan pasien ini sangat dibutuhkan dalam kaitan pemberian asuhan keperawatan demi tercapainya rasa kekeluargaan (Amir & Purnama 2021).

Terkadang muncul juga masalah dalam etik seperti adanya ketidakpuasan dari pasien atas pelayanan dari perawat, hal ini dikarenakan pasien merasa bahwa kebutuhannya tidak dipenuhi oleh perawat. Ada juga fenomena pelanggaran etik yang dilakukan oleh perawat. Sebagai salah satu contoh, dilansir dari kanal berita detiksumut (2022), dijelaskan bahwa perawat melakukan live TikTok saat proses pasien melahirkan. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip etik menjaga kerahasiaan pasien. Dari salah satu contoh masalah etik ini akan muncul konflik antara perawat dengan pasien, dan tidak menutup kemungkinan bisa sampai ke ranah hukum. 

Melihat dari kejadian di atas, kode etik keperawatan merupakan pedoman yang harus diimplementasikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya masalah dalam menjalankan tugas sebagai perawat (Amir & Purnama 2021). Munculnya fenomena seperti contoh yang sudah dijelaskan, maka dari itu kita harus saling mengingatkan satu sama lain, kita harus berupaya untuk mengangkat citra profesi perawat agar jauh lebih baik kedepannya. Penulis sebagai salah satu yang menginginkan perubahan tersebut, ingin menawarkan suatu gagasan untuk para perawat dengan menerapkan metode SMARP sebagai upaya dalam mewujudkan citra perawat yang komunikatif, santun dan berintegritas demi menjaga nama baik profesi. SMARP sendiri adalah gabungan kata dari Strengths (Kekuatan), Management (manajemen), Awarness (kesadaran), Relationship (hubungan), Purpose (tujuan).

  • Strengths (Kekuatan)

Dalam buku Now, Discover Your Strengths, Clifton dan rekan penulisnya Marcus Buckingham menulis yaitu “Tragedi hidup yang sebenarnya bukanlah bahwa masing-masing dari kita tidak memiliki cukup kekuatan, tetapi bahwa kita gagal menggunakan kekuatan yang kita miliki.” Hal ini sangat disayangkan, begitu banyak potensi manusia yang tidak disadari karena terlalu banyak orang yang berfokus pada kekurangannya. Waktu yang dihabiskan hanya untuk meperbaiki kelemahan akan lebih baik jika dihabiskan untuk memperbesar nyala gairah yang sudah ada dalam diri kita. 

Kekuatan dalam hal ini yaitu fokus kepada kemampuan diri yang dimiliki. Perawat yang berfokus pada kekuatannya maka akan melihat lebih jauh dari sekedar tugas tertentu yang ditetapkan bagi sebuah unit kerja. Tujuan yang lebih besarnya adalah melampaui nilai rata-rata dan menumbuhkan rasa ingin tahu dan keberanian dengan perspektif serta opini yang kuat. Sebagai perawat yang telah mempelajari dan mulai menguasai kekuatan sendiri, maka kemungkinan besar akan mencapai sesuatu yang lebih baik. Mengoptimalkan kekuatan berarti memahami perbedaan antara individu yang berpengetahuan luas serta lebih menjamin kompetensi yang dimiliki. 

Dalam konteks ini, perawat bisa lebih baik lagi dalam memaksimalkan kekuatan yang dimiliki, tidak perlu berperilaku yang buruk apalagi sampai melanggar prinsip etik yang ada. Contoh memaksimalkan kekuatan adalah ketika ada seorang perawat yang memiliki pengetahuan lebih tentang bagaimana merawat luka. Lalu perawat dapat membuat konten edukasi tentang kiat-kiat merawat luka yang baik, kemudian disunting ke sosial media. Dengan upaya ini, maka masyarakat akan melihat bahwa perawat adalah profesi yang sangat mulia sehingga secara tidak langsung citra perawat akan lebih baik.

  • Management (Manajemen)

Secara sadar atau tidak dalam proses kehidupan di dunia, manusia tidak terlepas dari yang namanya manajemen. Dapat diketahui bersama bahwa manajemen sedikit dapat disamakan dengan bagaimana proses mengatur atau mengelola sesuatu. Salah satu hal yang sangat penting bagi perawat adalah manajemen emosi. Manajemen emosi dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu seni untuk mengelola kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi agar kemudian dapat berperilaku dengan bijak. (Hochschild, 2018).

Sebagai perawat, tentunya harus memiliki manajemen emosi yang baik. Hal ini karena perawat bekerja di pelayanan kesehatan yang tugasnya adalah merawat sepenuh hati pasien dengan latar belakang yang berbeda-beda. Tentunya cara komunikasi juga harus disesuaikan, agar kemudian tidak terjadi kesalahan persepsi dari intonasi suara maupun diksi yang digunakan. Sehingga pasien akan lebih puas dengan pelayanan perawat dan kemudian citra perawat akan lebih baik lagi.

  • Awarness (Kesadaran)

Perawat merupakan profesi yang sangat mulia. Tidak ada keburukan yang diajarkan dalam dunia keperawatan. Jika ada kesalahan, maka jangan salahkan profesinya tapi fokuslah pada oknum yang melakukannya. Kesadaran sebagai perawat harus ditanam sejak masuk ke perkuliahan. Kesadaran yang dimaksud adalah bagaimana kita bisa memposisikan bahwa kita ini seorang tenaga kesehatan, yang memiliki tugas untuk membantu pasien untuk sembuh. Jangan sampai ketika perawat sedang bekerja, perawat lupa akan hal tersebut, apalagi sampai bertindak yang tidak senonoh. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap integritas perawat.

Penelitian Langer di Harvard Business Review dalam buku Shahar dan Ridgway (2017), dapat disimpulkan bahwasannya meningkatkan kesadaran diri bisa meningkatkan karisma dan produktivitas, mengurangi kelelahan dan kecelakaan, serta meningkatkan kreativitas memori, lebih perhatian, serta memengaruhi hal positif. Ketika muncul kesadaran, individu dapat memanfaatkan peluang dan menghindari bahaya yang bahkan belum terjadi. Kesadaran diri harus ditumbuhkan dengan cara dilatih, salah satu bentuk latihannya adalah dengan menggunakan teori Johari Window. Dengan mengetahui kesadaran diri, perawat bisa memperoleh banyak manfaat, khususnya dalam meningkatkan citra yang baik bagi seorang perawat.

  • Relationship (Hubungan)

Membangun hubungan yang baik merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Dalam bekerja maupun lainnya, perawat perlu membangun hubungan agar terciptanya rasa kenyamanan saat bersinergi. Contohnya saja membangun hubungan yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal tersebut tentu sangat diperlukan agar kemudian adanya chemsitry dalam bekerja. Membangun hubungan yang baik juga dapat menumbuhkan kepercayaan satu sama lain sehingga semua pekerjaan akan dapat dijalankan dengan paripurna. 

Perawat juga perlu membangun hubungan yang baik dengan pasien. Hal ini karena dengan adanya hubungan yang baik, maka pasien pun akan lebih percaya dan merasa nyaman saat perawat melakukan tindakan. Sehingga tidak ada rasa ketakutan dan kecurigaan dari pasien kepada perawat. Tentunya hal tersebut dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik. Dengan adanya hubungan yang baik, maka secara tidak langsung keperawatan akan dipandang sebagai profesi yang profesional.

  • Purpose (Tujuan)

Suatu tujuan atau visi harus dikomunikasikan kepada orang lain dengan cara yang positif, seperti yang di katakan oleh Gandhi yaitu “jadilah perubahan yang ingin anda lihat di dunia”. Kata-kata tidaklah cukup, tidak peduli seberapa positifnya atau seberapa menggugahnya cerita yang disampaikan, jika kata-kata tidak disertai oleh tindakan maka itu hanyalah sia sia. Sebagai perawat, kita harus menanamkan dalam diri tujuan kita mengabdi pada profesi ini. Keperawatan merupakan profesi yang mulia. Dalam keperawatan, kita diajarkan bagaimana memahami manusia secara holistik, bagaimana komunikasi yang baik, bagaimana memperlakukan manusia secara utuh dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya. Dengan hal ini maka kita perlu kembali ke tujuan awal seorang perawat. Jangan sampai tujuan itu hanya diketahui saja tapi tidak dilaksanakan. Sekali lagi, kita sebagai perawat memiliki prinsip etik yang perlu diimplementasikan dengan baik. Maka dari itu tidak perlu berbuat yang aneh-aneh, apalagi sampai merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Kesimpulan

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang sangat dibutuhkan akan kehadirannya. Dalam keperawatan banyak sekali ilmu yang diajarkan dan salah satunya bagaimana menjaga nilai-nilai prinsip etik dalam bekerja maupun menjalankan praktik sebagai perawat. Semoga metode SMARP yang penulis tawarkan dapat menjadi pengingat maupun rekomendasi untuk seluruh perawat agar dapat meningkatkan citra perawat yang komunikatif, santun dan berintegritas.

Daftar Pustaka

Amir, N., & Purnama, D. (2021). Perbuatan Perawat yang melakukan kesalahan dalam Tindakan Medis. Kertha Wicaksana15(1), 26-36.

Berman, A., Frandsen, G., & Snyder, S. J. (2021). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice (11th ed.). Pearson Education.

detiksumut. (2022, November 05). detiksumut. Retrieved from detiksumut: https://www.detik.com/sumut/berita/d-6388922/nakes-rsud-martapura-live tiktok-lahiran-pasien-ppni-siapkan-sanksi-etik.

Hochschild, A. R. (2018). The managed heart: Commercialization of human feeling. California. University of California Press.

Shahar, T. B., & Ridgway, A. (2017). The Joy Of Leadership. New York: John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Widakdo, G., Nurbaya, S., & Mahliyati, M. (2023). Peran Perawat Pelaksana dengan Gangguan Mental Emosional dalam Penanganan Covid-19. HEALTH CARE: JURNAL KESEHATAN12(1), 221-228.

Admin: mediaperawatPenulis: Rifkal Artha YudaEditor: Dhani
Exit mobile version