banner 728x250

Penalataksanaan Kanker Ovarium

Photo://Freepik.com

Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti.

Definisi

Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada ovarium. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium seringkali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh didalampelvis (Brunner, 2015). Tumor ovarium terjadi atas 3 kelompok, yaitu tumor jinak, borderline (kanker deferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium diperkirakan 30% terjadi dari seluruh kanker pada system genetalia wanita (Arania & windarti, 2015).

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru. Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)

Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista.  (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko dan pre disposisi yang menonjol, antara lain:

  1. Diet tinggi lemak
  2. Merokok
  3. Konsumsi alkohol
  4. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
  5. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
  6. Infertilitas
  7. Menstruasi dini

Patofisiologi

Tumor ganas ovarium yang bersal dari epitel permukaan tipe serosa 50 – 60%, tipe endometroid dan musinosa 10 – 20 %, tipe clear cell 5%, dan tipe tidak berdiffferensiasi 10 – 15%. Tipe musinosa paling sering ditemukan pada wanita usia tua dibanding tipe tipe serosa dan endometroid. jenis neoplasma jinak yang diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya perubahan hormon estrogen dan progesteron juga hormon hipofise yang biasanya mengakibatkan terjadinya inflamasi/peradangan saat imunitas tubuh menurun. (Wiknjosastro 2007. Hal 520). 

Tumor sel stroma berasal dari mesenkim ovarium dan menghasilkan hormon yang dapat berubah menjadi ganas tergantung tipe sel.

Baca juga : Empat Fase dalam Persalinan Normal

Sel tumor granulosa dengan atau tanpa komponen sel theoa tumor tersering pada kelompok ini. Thecoma jarang dan biasanya jinak. Keduanya .menghasilkan estrogen yang disebut mesenkim feminizing. Efeknya tergantung pada usia wanita, dapat terjadi pubertas prekots, pendarahan inter menstruasi atau pasca menopause. (Wiknjosastro 2007, Hal. 520)

Illustration : Freepik.com

Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.

Tingkat Stadium

Stadium kanker ovarium primer menurut  FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  1. Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
    • Stadium Ia   : Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada ansietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar, kapsul utuh.
    • Stadium Ib : Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan luar, kapsul intak.
    • Stadium Ic : Tumor dengan stadium Ia dan Ib tetapi ada tumor di permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
  2. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.
    • Stadium 2a : Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
    • Stadium 2b : Perluasan jaringan pelvis lainnya.
    • Stadium 2c : Tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif
  3. Stadium III : Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tapi histologi terbukti meluas ke usus besar dan omentum.
    • Stadium 3a : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
    • Stadium 3b : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
    • Stadium 3c : Implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
  4. Stadium IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

Upaya Pencegahan

  1. Penggunaan pil
    • Menurut American Cancer Society, 2011 perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral (pil) dengan jangka waktu tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi resiko terkena kanker. Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian ini juga melaporkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko terkenannya kanker ovarium sampai 11%.
  2. Diet
    • Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi resiko terkena kanker indung telur, apalagi jika anda membatasi komsumsi daging dan makanan yang mengandung lemak jenuh.
  3. Olahraga
    • Olaraga ringan hingga sedang, namun dilakukan rutin (minimal 3 kali dalam seminggu dengan olaraga minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi resiko kegemukan, semua akibat baik dari olaraga itu penting untuk menjaga kesehatan, termasuk mencegah karena kanker ( De Jo, 2003).

Baca juga : Mioma Uteri, Tumor Jinak pada Perempuan

Penalataksanaan

Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse. Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi. Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.

Radioterapi

Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk pembedahan. Penambahan cisplatin selama radio terapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.

Kemoterapi

Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi lanjutan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif adalah ciplastin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan cisplatin.

Daftar Referensi :

Adhisty Karolin, Septa Rica. 2019. Terapi komplementer: terapi seft pada stress dan adaptasi pasien kanker ovarium the effect of complementer therapy: seft therapy on stress and adaptation in ovarian cancer. Universitas Sriwijaya, Palembang

Ayu Chandranita, Manuaba, dkk. 2013. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi-Sosial. Jakarta : EGC

Bobak Jensen, Jlaar. 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

Digiulo, dkk. 2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta : Rapha Publishing

Doengoes, M.E. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan: Nursing Care Plans for Maternity Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fadhillah Harif dkk,.2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Ed.1.Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Fadhillah Harif dkk,.2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Ed.1.Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Farrer,H. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC

Herdman. H. T & Kamitsuru. S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

Poeter, & Perry (2002). Fundamental of Nursing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *