MediaPerawat.id [Rafah, Gaza] — Ners Sri Baiti Janati (49) mengingat hari-hari awal kedatangannya di Gaza pada Maret 2024 dengan suara gemuruh bom yang masih menggema di telinga. Ia bergabung dengan empat perawat Indonesia lainnya dalam kelompok pertama tenaga medis asing yang berhasil menembus blokade menuju wilayah yang dilanda konflik. Ners Sri yang tergabung sebagai Anggota Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) juga ingat ketika Dia mengatakan, “Di situ kami sadar, kami sudah berada di Gaza.” Dia menggambarkan saat-saat menegangkan ketika suara bom menyambut kedatangannya. “Tekad saya, jangan meninggal sebelum sampai ke Palestina,” tegasnya, mengungkapkan tekadnya untuk melakukan perjalanan yang sangat berisiko.
Perjalanan ke Gaza memiliki banyak tantangan. Di perbatasan Mesir-Gaza, tim harus mengubah kendaraan mereka, melewati pos pemeriksaan ketat, dan menghadapi ancaman serangan udara terus-menerus. Meskipun demikian, Ners Sri dan timnya dapat mengalahkan ketakutan dengan semangat kemanusiaan yang membara di dalam diri mereka. “Kami di sini untuk membantu sesama dan memberikan harapan melalui pelayanan kesehatan.” Ners Sri menceritakan semangat timnya, mengatakan, “Meskipun situasinya sulit, semangat kemanusiaan tetap menjadi pendorong utama kami.”
Baca juga : Bentuk Misi Kemanusian GAZA, Pemerintah Indonesia Kirim 40 Nakes dari Unsur TNI.
Ners Sri membantu persalinan di RS Al-Helal Al-Emirati. Ia sendiri menyaksikan betapa terbatasnya fasilitas medis dalam situasi darurat. Kekurangan kamar bersalin, tenaga medis yang lelah, dan kekurangan obat-obatan menjadi tantangan besar. “Saya terlalu malu untuk mengeluh saat menyaksikan tenaga medis lokal bekerja 1×24 jam,” katanya. Ners Sri bahkan menangani kasus persalinan ibu hamil yang terkena serangan bom dan membantu bayi prematur yang membutuhkan tabung oksigen.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, keadaan darurat di Gaza telah menewaskan puluhan ribu orang, termasuk ratusan petugas medis. Namun, hal ini tidak menghentikan Ners Sri dan timnya untuk terus berjuang. Mereka terus memberikan perawatan medis sebaik mungkin hingga akhirnya mereka harus meninggalkan wilayah konflik. Perjuangan Ners Sri dan tim medis Indonesia menunjukkan keberanian dan dedikasi dalam menjalankan misi kemanusiaan di tengah bencana.*(MA)
Baca Juga : Selama 31 Hari, Hampir 175 Medis Tewas di Jalur Gaza