Mediaperawat.id – Sistem imun, sistem kekebalan, atau sistem pertahanan tubuh adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen.
Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal. Dikutip dari wikipedia.org
Cara Kerja Sistem Kekebalan Tubuh
Fungsi normal sistem kekebalan tubuh adalah melindungi tubuh melawan serangan organisme dari luar. Berbagai organisme dapat menyerang, akan tetapi, tidak semua berbahaya. Sel-sel sistem kekebalan mengenali organisme yang menyerang tubuh, kemudian mengisolasikan dan menghancurkan mereka. Kadang-kadang, sistem kekebalan tidak cukup berfungsi di dalam kapasitas ini. Ini mengakibatkan infeksi, gangguan imuno defisiensi, kelainan autoimun, alergi, dan reaksi hipersensitivas. Limfosit menjadi elemen primer dari sistem kekebalan. Limfosit dibagi menjadi B-Cell dan T-Cell. B-Cell menyediakan respons kekebalan/imun humoral, karena mereka nenghasilkan antibodi terhadap antigen tertentu. T-Cell mnenyediakan respons imun seluler. T-Cell dewasa terdiri atas se CD4 dan CD8, Sel CD8 bertanggung jawab untuk membinasakan sel asing dan sel yang mengandung virus, dan menekan fungsi imunologi. Sel CD4 juga dikenal scbagai penolong T-Cell, merangsang fungsi imun, seperti B-cell dan makrofag. Makrofag adalah suatu sel yang furngsinya mencakup mencernakan sel asing atau sel yang menyerang.
1. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menyebabkan malfungsi T-Cell yang melindungi tubuh dari penyerbuan (invasi) jasad renik. Ketika masuk suatu sel, HIV mereplikasi, menyebabkan sel semakin mereproduksi sel yang lebih menginfeksi. Itu juga sering menyebabkan kematian sel. Bagian yang paling sering terinfeksi adalah limfosit CD4, diikuti limfosit B-cell dan makrofag. Hasilnya adalah imunodefisiensi.
Tanda-tanda & Gejala
- Anoreksia : akibat dari manifestasi GI, penyakit mulut, dan efek samping medikasi.
- Kelelahan : sel sekarat pada tingkat abnormal; peluang infeksi karena sistem kekebalan tidak berfungsi dengan baik.
- Keringat dingin : sistem imun memicu respons.
- Demam : mungkin terkait dengan suatu infeksi yang dihubungkan dengan sel darah putih rendah.
- Malnutrisi : karena nafsu makan buruk, gizi buruk, mual dan muntah, dan paling sering karena infeksi sekunder; sintesis protein berkurang.
2. Anaphylaxis
Suatu penyebab alergi, umumnya makanan atau obat, masuk ke tubuh menyebabkan pelepasan histamin, yang menyebabkan perluasan kapiler dan penyempitan otot. Ini mengakibatkan edema, kesusahan pernapasan, hipotensi, dan kulit berubah, mendorong pada suatu reaksi alergi. Tingkat yang lebih rendah dari alergi ekstrem adalah urticaria (penyakit gatal bintik merah dan bengkak) dan angioedema (bengkak disebabkan oleh eksudasi).
Tanda-tanda & Gejala
- Napas pendek karena bengkak pangkal tenggorokan.
- Hipotensi dan syok karena vasodilasi umum.
- Bersin kejadian umum pada suatu alergen.
- Kecemasan karena kesukaran bernapas.
- Suara serak (retakan) terdengar di dalam paru-paru-karena cairan di dalam paru-paru.
- Rhonchi karena bronchospasm.
3. Ankylosing Spondylitis
Ankylosing Spondylitis (AS) adalah suatu bentuk radang sendi progresif yang memengaruhi <1 persen populasi. Tulang sendi antara tulang belakang dan tulang panggul terkena radang, seperti halnya sebagian dari ligamen, menghasilkan ketidakstabilan sendi. Faktor keturunan berperan penting dalam berkembangnya AS. Penyakit ini sangat terkait dengan adanya antigen histokompatibilitas HLA-B27 pada kromosom individu yang menderita radang ini. Radang ini berawal di sendi sacroiliac (antara tulang selangkangpinggul atas) dan meluas hingga ke tulang belakang.
Tanda-tanda & Gejala
- Rasa sakit pada punggung bawah yang akut setelah periode tak aktif karena inflamasi dan kekakuan.
- Berkurangnya gerakan area pinggang dari tulang belakang karena sakit akibat inflamasi.
Baca Juga : Asuhan Keperawatan Anak dengan Down Syndrom
4. Kaposi’s Sarcoma (KS)
Pertumbuhan pembuluh darah terlalu cepat yang menyebabkan kanker dan tumor jaringan getah bening dan kulit biasanya ditemukan pada pasien dengan AIDS. Biasanya terlihat pada AIDS stadium lanjut.
Tanda-tanda & Gejala
- Luka berwarna merah, cokelat, dan ungu pada mukosa buccal, bibir, gusi, lidah, dan langit-langit mulut karena merupakan suatu penyakit berbahaya yang memengaruhi kulit dan mukosa.
- Kesukaran bernapas (dyspnea) jika penyakit berbahaya menyerbu sistem pulmoner.
5. Limfoma
Sel di sistem getah bening yang tidak berfungsi dan rusak mendorong pertumbuhan yang cepat, yang mengurangi efektivitas sistem getah bening. Ada dua jenis utama limfoma, ditandai dengan bengkak getah bening tanpa rasa sakit:
a). Penyakit Hodgkin adalah limfoma yang berbahaya ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg. Ada empat tahap penyakit Hodgkin:
- Tahap I-Sel Reed-Sternberg muncul di satu bagian kelenjar getah bening.
- Tahap II-Sel Reed-Sternberg muncul di banyak bagian kelenjar getah bening pada sisi diafragma yang sama.
- Tahap III-Sel Reed-Sternberg muncul di banyak bagian kelenjar getah bening di kedua sisi diafragma.
- Tahap IV-Sel Reed-Sternberg muncul di seluruh tubuh.
b). Limfoma Non-Hodgkin (NHL) adalah kanker B-lymphocytes dan ditandai dengan tidak adanya sel Reed-Sternberg. Limfoma disebabkan oleh rusaknya sel-sel selama diferensiasi. Diagnosis dibuat pada biopsi kelenjar getah bening.
Tanda-tanda & Gejala
- Gejala-gejala B (keringat dingin, demam, dan berat badan turun).
- Getah bening bengkak yang membesar tanpa rasa sakit di bagian serviks, mesentery, abdomen, dan pelvis.
6. Rheumatoid Arthritis
Antibodi dari aliran darah bergerak ke selaput sendi sinovial, menyebabkan sendi-sendi bengkak. Bengkak memengaruhi kemampuan tendon, tulang, dan ikatan sendi (ligamen) yang menggerakkan sendi, menimbulkan sakit ketika bergerak. Etiologi tak dikenal, walaupun genetika memegang peranan. Serangan umumnya terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun, dan itu memengaruhi sekitar 2 persen populasi. Umumnya terjadi radang dan nodule (bongkol kecil) di sekitar sendi, biasanya meliputi pergelangan tangan, tangan, lutut, dan kaki.
Tanda-tanda & Gejala
- Kaku di pagi hari pada sendi karena inflamasi.
- Sendi membesar akibat bengkak.
- Sakit ketika bergerak karena kaku.
- Gerak terbatas karena inflamasi dan sakit.
- Demam, tidak enak badan, dan berat badan turun.
7. Scleroderma
Antibodi menyerang jaringan ikat dalam suatu respons autoimun. Hal ini berakibat pada terbentuknya jaringan scar (fibrosis) pada kulit, organ, saluran GI, pembuluh darah, dan otot, sehingga menyebabkan sklerosissistemik. Ini merupakan suatu penyakit kronis dari etiologi yang tak dikenal, pada umumnya banyak terjadi pada individu usia 30 sampai 50 tahun.
Tanda-tanda & Gejala
- Kaku dan sakit karena fibrosis.
- Kulit menebal.
- Edema, tidak enak badan, dan demam
Baca Juga : Tetraparese Spastik : Kelumpuhan Akibat Trauma
8. Mononucleosis
Suatu sindrom karena virus meliputi kerongkongan sakit, kelenjar getah bening membesar, dan demam. Pada umumnya disebabkan oleh virus Epstein-Barr, tetapi kadang-kadang bisa juga disebabkan virus lain. Kadang-kadang, terdapat suatu ruam. Limpa kadang-kadang membesar karena adanya pemencilan sel selama respons imun. penyebabnya suatu virus ditransmisikan dari satu kontak ke kontak lain. Seringkali, infeksi bakteri sekunder, streptococcus, ditemukan.
Tanda-tanda & Gejala
- Rasa tidak enak badan yang umum
- Demam
- Nyeri otot
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
9. Epstein-Barr Virus/Sindrom Kelelahan Kronis
Sindrom Kelelahan Kronis (CFS) adalah sindrom kronis, banyak gejala, banyak sistem pada orang dewasa yang sebelumnya sehat. Diakibatkan oleh lima virus yang sejauh ini telah dikenali: Epstein-Barr, cytomegalovirus, coxsackievirus B, adenovirus tipe I, dan human herpes virus 6. Di dalam suatu cara yang tak dikenal, virus mengganggu sistem imun yang kemudian tidak mampu untuk secara tepat memerangi virus.
Tanda-tanda & Gejala
Kelelahan tak berkurang dengan istirahat, kerusakan memori dan konsentrasi, nyeri otot, arthralgia, sakit kepala, perubahan dalam pola tidur, rasa tidak enak badan, depresi, dan suasana hati labil. Kesulitan untuk tidur umum terjadi.
10. Penyakit Lyme
Gigitan seekor kutu kecil menyebabkan bakteri (spirochete) Borrelia burgdorferi, dipancarkan ke dalam aliran darah manusia. Pasien mengalami demam, nyeri otot, dan ruam kemerahan yang klasik, erythema chronicum migran sampai tiga minggu setelah gigitan.
Tanda-tanda & Gejala
- Demam
- Rasa sakit yang umum
- Sakit kepala
- Bercak di tempat gigitan (pasien mungkin tidak ingat tempatnya)
11. Septic Shock
Septic shock dimulai dengan bacteremia, umumnya bakteri gram negatif yang menginfeksi darah. Sumber umumnya sistem genito-urinary, saluran gastrointestinal, dan paru-paru. Infeksi mungkin terjadi untuk beberapa waktu sebelum syok berkembang. Setelah serangan dari bacteremia ke septic shock mulai, mungkin saja sukar untuk menghentikan proses. Syok dapat terjadi lebih cepat pada pasien lanjut usia, gangguan kekebalan tubuh, atau dengan komorbiditas lain. Sebagai respons pada suatu infeksi bakteri, TNF-alpha dan kimia inflamatori lain dilepaskan ke dalam darah, menyebabkan peningkatan kebocoran darah dari pembuluh darah ke jaringan yang terinfeksi maupun jaringan yang tidak terinfeksi (permeabilitas vaskular).
Tanda-tanda & Gejala
- Mual dan muntah karena sumber infeksi
- Temperatur di atas 101°F karena infeksi
- Hipotensi karena pemindahan cairan, vasodilasi
- Takikardia akibat demam dan infeksi
- Tachypnea akibat demam dan infeksi
- Asidosis Lactic karena oksigen kurang
Baca juga : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Depresi dengan Multiple Sclerosis
12. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE adalah gangguan imun radang kronis yang memengaruhi kulit dan organ tubuh lain. Antibodi pada DNA dan RNA menyebabkan respons peradangan autoimun, mengakibatkan bengkak dan sakit. Ini paling banyak terjadi pada wanita muda, dan mempunyai faktor genetik kuat. Etiologi tidak diketahui.
Tanda-tanda & Gejala
- Ruam seperti kupu-kupu pada wajah karena menurunnya immunoglobulin dan zat penunjang di dalam kulit.
- Rasa lelah yang terlalu mungkin karena anemia.
- Anemia karena inflamasi.
- Demam, tidak enak badan.
- Sakit sendi.
Referensi :
DiGiulio, Mary dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Terjemahan oleh Dwi Prabantini. 2014. Edisi I. Yogyakarta : Rapha Publishing.