banner 728x250
Askep  

ASKEP: Gangguan Eliminasi Urin (D.0040)

Foto : Asuhan Keperawatan Gangguan eliminasi Urin / Dok / Ist

MediaPerawat.id – Salah satu masalah yang terjadi pada organ genital laki-laki maupun perempuan yakni gangguan eliminasi urin. Masalah ini dapat didefinisikan sebagai disfungsi eliminasi urin.

Rencana Asuhan Keperawatan
Gangguan Eliminasi Urin (D.0040) dapat berhubungan dengan kejadian:

  1. Imaturitas (pada anak usia kurang dari 3 tahun)
  2. Penurunan kapasitas kandung kemih
  3. Iritasi kandung kemih
  4. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
  5. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
  6. Kelemahan otot pelvis
  7. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
  8. Hambatan lingkungan
  9. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
  10. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih, kongenital)

Diagnosis diatas bisa ditegakkan bila Ners menemukan 80% dari batasan karakteristik berikut ini:

DO:

  • Distensi kandung kemih
  • Berkemih tidak tuntas
  • Volume residu urine meningkat

DS:

  • Desakan berkemih (urgensi)
  • Urine menetes
  • Sering buang air kecil
  • Nokturia
  • Enuresis
  • Mengompol

Outcome yang ditargetkan yakni Eliminasi Urin Membaik (L.04034) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau … x 24 jam, disepakati dengan kriteria hasil:

  1. Sensasi berkemih meningkat
  2. Desakan berkemih menurun
  3. Distensi kandung kemih menurun
  4. Berkemih tidak tuntas menurun
  5. Volume residu urine menurun
  6. Urin menetes menurun
  7. Nokturia menurun
  8. Enuresis menurun
  9. Disuria menurun
  10. Anuria menurun
  11. Frekuensi BAK membaik
  12. Karakteristik urine membaik

Baca Juga : SPO Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine Pasien Laki-laki

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien, terdiri dari:

A. Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)

Ners dapat melakukan intervensi ini untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) kepada pasien, terdiri dari:

1. Observasi

  1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia
  2. Monitor integritas kulit pasien

2. Terapeutik

  1. Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
  2. Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
  3. Jaga privasi selama eliminasi
  4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
  5. Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
  6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
  7. Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal), jika perlu

3. Edukasi

  1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin
  2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

4. Kolaborasi

  1. Lain-lain …

B. Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)

Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urin, terdiri dari:

1. Observasi

  1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
  2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
  3. Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)

2. Terapeutik

  1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
  2. Batasi asupan cairan, jika perlu
  3. Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur

3. Edukasi

  1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih
  2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
  3. Ajarkan mengambil spesimen urin midstream
  4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
  5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/perkemihan
  6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
  7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

4. Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian obat suppositoria uretra, jika perlu
  2. Lain – lain …

Baca Juga : Viral di Medsos, mahasiswa kesehatan, unggah konten pemasangan DC/Kateter Urin. PPNI Angkat Bicara

C. Pengontrolan Infeksi (I.01018)

Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengendalikan penyebaran infeksi dan perburukan komplikasi akibat infeksi, terdiri dari:

1. Observasi

  1. Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular

2. Terapeutik

  1. Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptik, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)
  2. Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien yang mengalami penurunan imunitas
  3. Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
  4. Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furniture, lantai, sesuai kebutuhan
  5. Gunakan hepa filter pada area khusus (mis: kamar operasi)
  6. Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular

3. Edukasi

  1. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
  2. Ajarkan etika batuk dan/atau bersin

4. Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian obat suppositoria uretra, jika perlu
  2. Lain – lain …

Baca Juga : Apa Itu Peritonitis ? Ini dia Gejala dan Pengobatannya

Referensi
– PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *