MediaPerawat.id – Salah satu masalah yang terjadi pada organ genital laki-laki maupun perempuan yakni gangguan eliminasi urin. Masalah ini dapat didefinisikan sebagai disfungsi eliminasi urin.
Rencana Asuhan Keperawatan
Gangguan Eliminasi Urin (D.0040) dapat berhubungan dengan kejadian:
- Imaturitas (pada anak usia kurang dari 3 tahun)
- Penurunan kapasitas kandung kemih
- Iritasi kandung kemih
- Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
- Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
- Kelemahan otot pelvis
- Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
- Hambatan lingkungan
- Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
- Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih, kongenital)
Diagnosis diatas bisa ditegakkan bila Ners menemukan 80% dari batasan karakteristik berikut ini:
DO:
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urine meningkat
DS:
- Desakan berkemih (urgensi)
- Urine menetes
- Sering buang air kecil
- Nokturia
- Enuresis
- Mengompol
Outcome yang ditargetkan yakni Eliminasi Urin Membaik (L.04034) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau … x 24 jam, disepakati dengan kriteria hasil:
- Sensasi berkemih meningkat
- Desakan berkemih menurun
- Distensi kandung kemih menurun
- Berkemih tidak tuntas menurun
- Volume residu urine menurun
- Urin menetes menurun
- Nokturia menurun
- Enuresis menurun
- Disuria menurun
- Anuria menurun
- Frekuensi BAK membaik
- Karakteristik urine membaik
Baca Juga : SPO Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine Pasien Laki-laki
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien, terdiri dari:
A. Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) kepada pasien, terdiri dari:
1. Observasi
- Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia
- Monitor integritas kulit pasien
2. Terapeutik
- Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
- Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
- Jaga privasi selama eliminasi
- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
- Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
- Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
- Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal), jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
4. Kolaborasi
- Lain-lain …
B. Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urin, terdiri dari:
1. Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
- Monitor eliminasi urin (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
2. Terapeutik
- Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
3. Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
- Ajarkan mengambil spesimen urin midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/perkemihan
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suppositoria uretra, jika perlu
- Lain – lain …
Baca Juga : Viral di Medsos, mahasiswa kesehatan, unggah konten pemasangan DC/Kateter Urin. PPNI Angkat Bicara
C. Pengontrolan Infeksi (I.01018)
Ners dapat melakukan intervensi ini untuk mengendalikan penyebaran infeksi dan perburukan komplikasi akibat infeksi, terdiri dari:
1. Observasi
- Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular
2. Terapeutik
- Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptik, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)
- Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien yang mengalami penurunan imunitas
- Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
- Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furniture, lantai, sesuai kebutuhan
- Gunakan hepa filter pada area khusus (mis: kamar operasi)
- Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular
3. Edukasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk dan/atau bersin
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat suppositoria uretra, jika perlu
- Lain – lain …
Baca Juga : Apa Itu Peritonitis ? Ini dia Gejala dan Pengobatannya
Referensi
– PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
– PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.