banner 728x250
Askep  

Asuhan Keperawatan Ikterik Neonatus (D.0024)

Askep Ikterik Neonatus

Mediaperawat.id – Salah satu kondisi bayi baru lahir (BBL) yang kerap bikin cemas oleh Mamah Muda (Mahmud) yakni Bayi Kuning lantaran banyak faktor, salah satunya produksi ASI yang belum ada atau sangat sedikit. Ikterus ini umumnya disebabkan belum tercukupinya kebutuhan ASI di hari-hari pertama sehingga nutrisi mengalami kekurangan dan menyebabkan peningkatan kadar Bilirubin direk. 

Si bilirubin yang sudah mencapai usus bayi tidak diikat oleh makanan yang biasanya bisa dibuang melalui feses bersamaan. Perawakan bayi kuning sesuai namanya memang tampak “jaundice” atau warna kulit beberapa bagian tubuh berubah menjadi kekuningan, bahkan bisa sampai badan kornea mata diakibatkan peningkatan nilai bilirubin di peredaran darah bayi.

Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan untuk Masalah Ikterik Neonatus (D.0024) yang berhubungan dengan:

  1. Penurunan berat badan abnormal (lebih dari 7-8% pada bati baru lahir yang menyusu ASI, lebih dari 15 persen pada bayi cukup bulan
  2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
  3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstrauterin
  4. Usia kurang dari 7 hari
  5. Keterlambatan pengeluaran feses (meconium)

Biasanya dapat diamati pada kondisi klinis neonatus maupun bayi prematur dengan batasan karakteristik, seperti:

  1. Nilai profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total lebih dari 2 mg/dl, bilirubin serum total pada rentang resiko tinggi menurut usia)
  2. Membran mukosa kuning
  3. Kulit kuning
  4. Sklera kuning

Outcome yang ditargetkan yakni Integritas Kulit dan Jaringan Meningkat (L.14125) dan Adaptasi Neonatus Meningkat (L.10098) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau …x 24 jam yang disepakati dengan kriteria hasil:

  1. Kerusakan jaringan menurun
  2. Integritas kulit baik
  3. Berat badan meningkat
  4. Memberan mukosa kuning menurun
  5. Kulit kuning menurun
  6. Sklera kuning menurun

Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien yakni Fototerapi neonates (I.03091) dan Perawatan Bayi (I.10338), terdiri dari:

1. Observasi:

  1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
  2. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam (terutama suhu 36°C – 37°C)
  3. Monitor efek samping fototerapi (mis. Hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan berat badan > 8-10%)
  4. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan BB
  5. Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi)

2. Terapeutik:

  1. Siapkan lampu fototerapi
  2. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
  3. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi
  4. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara berkelanjutan
  5. Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
  6. Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21 – 24°C
  7. Mandikan bayi dalam waktu 5 – 10 menit dan 2 kali dalam sehari
  8. Rawat tali pusat secara terbuka (tali pusat tidak dibungkus apapun)
  9. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan cahaya sebanyak mungkin

3. Edukasi:

  1. Anjurkan ibu untuk menyusui sekitar 20-30 menit
  2. Anjurkan ibu untuk menyusui sekitar 20-30 menit
  3. Ajarkan ibu cara merawat bayi di rumah
  4. Ajarkan cara pemberian makanan pendamping ASI pada bayi > 6 bulan

4. Kolaborasi:

  1. Pemeriksaan darah vena bilirubin direk dan indirek
  2. Lainnya: …

Referensi:

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *