banner 728x250
Askep  

Asuhan Keperawatan Berduka (D.0081)

Asuhan Keperawatan Berduka

Mediaperawat.id – Pendampingan fase berduka tentu tidak dapat dipisahkan dari perjalanan karir seorang tenaga kesehatan. Yaa, baik ditahap praktik klinik sebagai mahasiswa, sebagai praktisi, bahkan sebagai orang yang mengalaminya sendiri. Porsi dan bebannya tentu berbeda, ada kalanya diposisi yang profesional dengan menunjukkan sikap empati dan pendengar aktif, ada juga titik dimana kita merasa “lebih suram” sebab banyak ‘skenario’ yang berputar dengan kelebihan ilmu kesehatan yang dititipkan Tuhan tersebut.

Proses berduka sudah sangat lazim kita temui topiknya, sebab “condolence” ini bukan hanya menyangkut sesuatu yang bernyawa, namun juga berlaku pada benda mati, yakni kehilangan hal yang berarti. Menurut Dr. Kübler-Rossmembagi, ada lima tahapan fase ‘griefing’ yang musti dilalui, diantaranya:

1. Denial (penyangkalan)

Dari pengamatan penulis, inilah fase terpelik yang musti dilewati dan durasinya pun sangat bervariasi tiap individu sebab dipengaruhi oleh mekanisme “coping” seseorang.

2. Anger (marah)

Ini proses yang wajar dihadapi sebab ada perasaan kehancuran, penderitaan, berkeluh kesah yang memang sejatinya sudah menjadi ‘tabiat’ kita dari sang Pencipta, oleh karenanya “have in faith” kadang menjadi peluruh dari fase ini.

3. Bargaining (menawar)

Kata yang sering dijumpai yakni “Andaikan…” “Kalau saja…” Mustinya saya…” bahkan tak jarang kita mempertanyakan kepada Tuhan atas rasa sakit yang dialami, lagi-lagi, mekanisme koping sangat berperan besar dalam melewati semua tahapan ‘griefing’.

4. Depression (depresi)

Ada saatnya situasi sulit nan kelam ditambah faktor ‘support system’ yang tidak adekuat menggiring kita pada fase ini. “Open up yourself” bahkan “seeking third party” is a must bila kita tak mampu membendungnya. Tantangan yang mungkin dihadapi bisa saja ‘mistrust issue’.

5. Acceptance (penerimaan)

Ini bukanlah tahap akhir dari segalanya, kadangkala individu bisa “bolak balik” menjalani proses ‘griefing’. Akan tetapi, seseorang yang berhasil menerima kondisi walaupun tidak benar-benar bahagia serta kembali pada realita kehidupan tentu akan menjadi “titik balik” untuk “belajar kembali” dalam menjalani hidup dengan situasi yang baru.

Rencana Asuhan Keperawatan Berduka

Rencana Asuhan Keperawatan untuk Masalah Berduka (D.0081) yang berhubungan dengan:

  1. Kematian orang yang signifikan
  2. Situasi khusus: antisipasi kematian seseorang atau antisipasi kehilangan
  3. Kehilangan (objek, status, bagian tubuh, sosial, pekerjaan, fungsi)

Biasanya dapat diamati pembuktiannya secara subjektif dan objektif, seperti:

DS:

  1. Merasa sedih/bersalah/tidak ada harapan
  2. Menyalahkan orang lain
  3. Tidak menerima kehilangan

DO:

  1. Menangis
  2. Pola tidur berubah
  3. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi

Outcome yang ditargetkan yakni Tingkat Berduka Menurun (L.09094) yang bisa ditetapkan dengan satuan dalam 1x … jam atau …x 24 jam yang disepakati dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
  2. Verbalisasi harapan meningkat
  3. Verbalisasi perasaan sedih menurun
  4. Verbalisasi perasaan bersalah atau menyalahkan orang lain menurun
  5. Menangis menurun
  6. Pola tidur membaik
  7. Konsentasi membaik

Intervensi Keperawatan Berduka

Intervensi keperawatan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien yakni Dukungan Proses Berduka (I.09274), terdiri dari:

1. Observasi

  1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
  2. Identifikasi proses berduka yang dialami
  3. Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
  4. Mengobservasi tanda-tanda kegagalan koping individu
  5. Mengkaji kondisi support system
  6. Mengobservasi adanya tanda-tanda depresi

2. Terapeutik

  1. Tunjukkan sikap menerima dan empati
  2. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
  3. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga dan orang terdekat
  4. Fasilitasi untuk melakukan kebiasaan sesuai budaya, agama dan norma sosial
  5. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman
  6. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
  7. Memastikan pasien terbebas dari rasa nyeri
  8. Mengutamakan kenyamanan pasien
  9. Tetap menghargai harga diri pasien
  10. Mengupayakan kedamaian untuk pasien
  11. Memfasilitasi untuk mendekatkan pasien dengan orang-orang terkasih

3. Edukasi

  1. Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
  2. Jelaskan pada keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar menawar, depresi, dan menerima wajar dapat menghadapi kehilangan
  3. Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap

4. Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian terapi anti nyeri (jika perlu)
  2. Kolaborasi pendampingan SpKJ (jika perlu)
  3. Lainnya

Baca juga artikel tentang asuhan keperawatan lainnya hanya di mediaperawat.id.

Referensi:

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tyrrell P, Harberger S, Schoo C, et al. Kubler-Ross Stages of Dying and Subsequent Models of Grief. [Updated 2023 Feb 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507885/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *