banner 728x250

Mengenal Lebih Dekat Mengenai Tuberkulosis

Foto: Freepik.com

Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksius/menular yang di sebabkan oleh Myobacterium tuberkulosis, yang menyerang organ paru dan dapat menjalar ke organ lainnya seperti meningen, ginjal, tulang dan nodul limfe. Selain itu, tuberkulosis dapat menularkan kepada orang lain memalui percikan dahak atau droplet (Eka, 2020).

Klasifikasi Tuberkulosis

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) tuberkulosis dapat di klasifikasikan menjadi:

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis pada parenkim atau jaringan paru. Pasien yang yang menderita tuberkulosis paru dan tuberkulosis diluar paru, diklasifikasikan tuberkulosis paru.

2. Tuberkulosis Ekstraparu

Tuberkulosis ekstraparu adalahtuberkulosis yang terjadi pada organ diluar paru, seperti pluera, kelenjar limfe, abdomen, tulang, dan meningen.

b. Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan dahak

1. Tuberkulosis Paru BTA Positif

  • Sekurang-kurangnya 2-3 kali spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasil BTA positif.
  • 1 spesimen dahak SPS hasil BTA positif dan hasil foto thoraks dada menunjukan gambaran tuberkulosis.
  • 1 spesimen dahak SPS hasil BTA positif dan biakan kuman tuberkulosis positif.
  • 1 spesimen atau lebih dahak hasil BTA positif setelah pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS, pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak mengalami perubahan setelah antibiotik non OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif

  • Paling 3 hasil spesimen dahak SPS hasil BTA negatif.
  • Foto thoraks abnormal menunjukan hambaran tuberkulosis.
  • Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT (obat Anti Tuberkulosis).

c. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

1. Pasien baru tuberkulosis

  • Pasien baru tuberkulosis
    Merupakan pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis atau yang sudah pernah menelan obat anti tuberkulosis (OAT) namun kurang dari 1 bulan atau < 28 hari.
  • Pasien yang pernah diobati tuberkulosis
    Merupakan pasien yang sebelumnya pernah menelan obat anti tuberkulosis (OAT) selama lebih 1 buln atau > 28 hari.
  • Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui
    Merupakan pasien yang tidak termasuk dalam kelompok 1 atau 2 yang tidak diketahui riwayat pengobatannya.

Tanda dan Gejala Tuberkulosis

Menurut Agustin (2017) tanda dan gejala pada penderita tuberkulosis berupa:

  1. Deman tidak terlalu tinggi yang berlansung lama, biasanya akan dirasakan pada malam hari disertai dengan keringat. Disertai serangan seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
  2. Penurunan nafsu makan.
  3. Penurunan berat badan.
  4. Batuk selama lebih dari 3 minggu dan dapat disertai dengan darah.
  5. Perasaan tidak enak (malaise) dan kelemahan.

BACA JUGA : Terapi Relaksasi Benson untuk menurunkan Ansietas pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru

 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosa tuberkulosis adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosa utama. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak mikroskopis dalam waktu 2 hari yaitu:

  1. S (Sewaktu), yaitu dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung pertama kali ke pelayanan kesehatan.
  2. P (Pagi), yaitu dahak dikumpulkan pada pagi hari di hari kedua.
  3. S (Sewaktu), yaitu dahak di kumpulkan pada hari kedua setelah pengumpulan dahak di pagi hari.
  4. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB

Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan menggunakan Xpert MTB/RIF merupakan pemeriksaan molekuler dengan Nucleic Acid Amplification Technology (NAAT) yang dapat mendiagnosis TB dan resisten terhadap Rimfapisin dalam waktu 2 jam.

2. Rongten Dada

Rongten dadamerupakan cara atau metode untuk mendiagnosis seseorang terkena Tuberkulosis yang termasuk ke dalam non Laboratorium. Pada hasil rongten dada akan menunjukan hasil lesi pada lobus atas.

3. Tes kulit Tuberkulin

Tes kulit tuberkulin atau test mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan apakah individu telah terinfeksi basil tuberkulosis. Reaksi 0 sampai 4 mm tidak dianggap signifikan, reaksi > 5 mm dianggap signifikan, yang artinya bahwa pasien telah terpajan oleh myobacterium tuberkulosis.

Pengobatan Tuberkulosis

Penatalaksaan farmakologi pada penderita tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup pasien, mencegah terjadinya kematian akibat tuberkulosis atau dampak buruk selanjutnya, mencegah terjadinya kekambuhan tuberkulosis, menurunkan risiko penularan tuberkulosis, serta mencegah terjadinya dan penularan tuberkulosis resisten obat. Obat yang yang digunakan untuk penyakit tuberkulosis terdapat 2 macam, yaitu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016):

  1. Obat lini pertama: Isoniazid/INH (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptosimin (S), Etambutol (E).
  2. Obat lini kedua
  3. Golongan Flurokuinolon: Levofloksasin (Lfx), Moksifloksasin (Mfx), Gatifloksasin (Gfx).
  4. Gologan OAT suntik lini kedua: Kanamisin (Km), Amikasin (Am), Kaproemisin (Cm), Sterptomisin (S).
  5. Golongan OAT oral lini kedua: Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto), Sikloserin (Cs)/Terizidon (Trd), Clofazimin (Cfz), Linezolid (Lzd).
  6. Golongan D1 OAT lini pertama: Isoniazid/INH (H) dosis tinggi, Pirazinamid (Z), Etambutol (E).
  7. Golongan D2 OAT baru: Bedaquiline (Bdq), Delamanid (Dlm), Pretonamid (PA-824).
  8. Golongan D3 OAT tambahan: Asam para aminosalisilat (PAS), imipenemsisaltatin (Ipm), Meropenem (Mpm), Amoksilin clavulanat (Amx-Clx), Thioasetazon (T).

Komplikasi Tuberkulosis Paru

Menurut Wahid & Imam (2013) dalam Pramasari (2019) komplikasi yang sering muncul pada tuberkulosis paru adalah:

  1. Hemomtisis berat atau perdarahan dari saluran nafas bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
  2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
  3. Bronki ekstatis (peleburan bronkus setemat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
  4. Pneumothoraks (adanya udara dalam rongga pleura) spontan akibat kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
  5. Penyebaran infeksi ke organ lain, seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

(Dok/EAF)

Sumber :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan mentri kesehatan republik indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Petunjuk teknis: Pemeriksaan tb menggunakan tes cepat molekuler. (A. Rukmana, F. Sunny, Nurjanah, & R. K. Dewi, Eds.). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pramasari, D. (2019). Asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru di ruang seruni rumah sakit umum daerah abdul wahab sjahranie. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Agustin, N. A. (2017). Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian tuberkulosis. Jombang. Retrieved from http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/104/1/Skripsi_Nona_Asrini.pdf. Di akses 24 April 2020.

Eka, A. F. (2020). Aplikasi terapi relaksasi benson terhadap penurunan ansietas pada pasien tn. E dengan tuberkulosis paru di ruang rawat inap rsud karawang tahun 2020. STIKes Kharisma Karawang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *