banner 728x250

Konsep Kinerja Dalam Keperawatan

Foto : Ekspresi perawat manajemen Keperawatan/ Dok. Freepik.com

Pengertian

Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi (Ilyas, 2001). Menurut Bernardin & Russel, 1993 dalam Ruky, 2001) adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu. Adapun penulis berpendapat kinerja keperawatan adalah prestasi kerja yang ditunjukkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan keperawatan sehingga menghasilkan output yang baik kepada customer (organisasi, pasien, perawat sendiri) dalam kurun waktu tertentu. Tanda-tanda kinerja perawat baik adalah tingkat kepuasan pasien dan perawat tinggi, zero complain dari pelanggan.

Komponen Kinerja

Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting. Pertama yaitu tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personil. Kedua adalah ukuran yang dibutuhkan untuk mengukur apakah seorang personil telah mencapai kinerja yang diharapkan.secara kuantitatif dan kualitatif. Ketiga adalah penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan proses pencapaian tujuan kinerja personil. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Kantor Sumber Daya Manusia Universitas East Tennessee, salah satu tujuan penilaian kinerja adalah mempertahankan atau meningkatkan kepuasan kerja dan moral karyawan dengan mempersilahkan supervisor menilai terhadap perkembangan pekerjaan karyawan dan kemajuan tiap individu.

Sebelum melakukan penilaian kinerja harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Koran kompas menyatakan beberapa kondisi yang berpengaruh terhadap kinerja perawat yang bekerja di Jakarta adalah penghasilan tidak cukup sehingga harus bekerja dua tempat, pusing dengan kemacetan dan bayaran anak sekolah sehingga tidak sabar dan tidak berkonsentrasi dalam bekerja. Hasil penelitian Pitoyo A menunjukkan bahwa faktor internal individu (motivasi, kemampuan) dan faktor eksternal organisasi (pendidikan dan latihan, kompensasi) berpengaruh terhadap kinerja. Dengan demikian faktor-faktor lain yang akan mengganggu kinerja bisa saja menjadi masalah yang serius di lini terdapan pelayanan keperawatan seperti di unit rawat jalan dan rawat inap.

Model Teori Kinerja

Gibson, Ivancevich & Donally (2011) dan Ilyas (2001), ada tiga hal yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu faktor individu, organisasi dan psikologis. Faktor individu meliputi kemampuan dan ketrampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Faktor organisasi berakibat tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu, yang terdiri diri sumber daya, kepemimpinan, imbalan, supervisi, struktur dan disain pekerjaan.

Kinerja perawat pelaksana akan dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis yaitu umur, jenis kelamin, dan lama kerja. Adapun faktor psikologis perawat pelaksana yang digunakan adalah persepsi, sikap dan motivasi. Semuanya akan tercermin dari hasil kinerja asuhan keperawatannya. Faktor organisasi
tidak termasuk dalam penelitian ini sehingga dianggap semuanya dalamvkeadaan baik atau mendukung proses keperawatan.

Penilaian Kinerja

Manajer pemula setingkat kepala ruangan akan menilai kinerja perawat terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang telah diberikan kepada perawat pelaksana. Kinerja keperawatan yang akan dinilai adalah penerapan asuhan keperawatan dari pengkajian, perencanaan, diagnosa keperawatan, implementasi sampai evaluasi. Di bawah ini akan dibahas tentang penilaian kinerja pelayanan keperawatan.

Baca Juga : Konsep Beban Kerja Dalam Keperawatan

Pengertian Penilaian Kinerja

Ilyas (2001), penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melaui instrumen penilaian kinerja. Menurut Ruky (2004) kinerja adalah tahap akhir dari proses manajemen prestasi kerja. Hasibuan (2003) menyatakan kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan. Menurut Tappen (2010) yang mengutip dari Hansen & Wernerfelt (1989), penilaian kinerja adalah kegiatan pimpinan ingin mengetahui apa yang telah dikerjakan bawahan, berapa banyak yang telah dikerjakan dan kapan dikerjakan. Depkes RI (2002) mengartikan penilaian kinerja sebagai suatu cara untuk mengetahui kualitas kerja staf sesuai dengan uraian tugasnya. Adapun penulis memberikan pendapat tentang penilaian kinerja adalah suatu evaluasi terhadap kualitas penampilan kerja perawat dibandingkan dengan standar kerja (SAK/SOP) yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

Penilaian Kinerja Pelayanan Keperawatan

Menurut Gillies (2007) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses menilai tentang hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevalusi kelayakan dan keefektifan tindakan. Kinerja seseorang tidak pernah mencapai 100 % atau titik terendah 0%, tetapi bila diberikan motivasi bisa mencapai 80-90% (Hersey & Blanchard, 2011). Dengan demikian perawat yang melakukan tindakan akan bertanggung jawab, dimana hal ini akan meningkatkan akontabilitas perawat itu sendiri Tolok ukur penilaian yang berorientasi kepada perawat adalah berdasarkan standar proses keperawatan. Standar proses asuhan keperawatan meliputi 4 komponen yaitu : standar I adalah pengkajian, standar II adalah kegiatan perencanaan standar III adalah implementasi dan standar IV meliputi evaluasi (Australian Nursing Federation, 1989). Proses keperawatan yang meliputi lima langkah yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Depkes RI, 1997). Standar asuhan keperawatan menurut ANA (American Nurses Association, 1991) adalah standar I (pengkajian), standar II (diagnosa keperawatan), standar III (identifikasi hasil), standar IV (implementasi) dan standar V (evaluasi).

Dalam buku ini penulis akan menerapkan standar asuhan keperawatan dari Depkes RI (1997), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk mendapatkan informasi kesehatan pasien dan menentukan masalah kesehatannya (Depkes RI, 1997). Tahap pengkajian antara lain mengumpulkan data (obyektif dan
subyektip), membuat analisis data dan merumuskan diagnosa keperawatan. Aspek-aspek pengkajian meliputi pemeriksaan fisik, status psikososial-spiritual, pola hidup sehat, dilakukan dalam waktu
24 jam sesudah pasien masuk, dilakukan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan (Depkes RI, 1997). Diagnosa keperawatan dapat dibagi menjadi aktual (masalahnya nyata) dan resiko
(masalah akan terjadi bila tidak dilakukan tindakan keperawatan). rumus utuk menulis diagnosa adalah PES. P singkatan dari problem atau masalah kesehatan. E singkatan dari Etiologi atau penyebab. S singkatan dari Symptom / Syndrome atau tanda/gejala. Adapun aspek diagnosa keperawatan yaitu sesuai prioritas masalah, mencakup masalah
psikososial, mencakup kurangnya pengetahuan, dan dirumuskan dengan benar/PES (patofisiologi-etiologi-syndrom/sympton).

c. Perencanaan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan terpenuhinya kebutuhan pasien (Depkes RI, 1997). Langkah-langkah yang harus diikuti dalam membuat rencana asuhan keperawatan adalah menetapkan urutan prioritas masalah, merumuskan tujuan yang akan dicapai dan menentukan rencana tindakan keperawatan. Aspek dalam tahap perencanaan adalah rencana asuhan keperawatan dikembangkan oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, memuat tujuan dan kriteria hasil, mencakup tindakan observasi keperawatan, mencakup terapi keperawatan, mencakup pendidikan kesehatan, mencakup tindakan kolaborasi, rencana asuhan
keperawatan melibatkan pasien/keluarga.

d. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi (Depkes RI, 1997). Langkah-langkah tindakan keperawatan adalah tahap persiapan (terutama alat dan bahan) dan tahap pelaksanaan (mengutamakan keselamatan dan keamanan serta kenyaman pasien). Aspek-aspek yang ada pada tahap
implementasi adalah tindakan observasi, terapi keperawatan, pendidikan kesehatan, dan kolaborasi serta respon pasien terhadap tindakan keperawatan.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Depkes RI, 1997). Langkah-langkah evaluasi yaitu mengumpulkan data perkembangan pasien, menafsirkan perkembangan, membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normalnya. Penafsiran hasil evaluasi antara lain tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai. Aspek-aspek yang harus ada pada tahap evalusi adalah diagnosa keperawatan dievaluasi setiap hari sesuai hasil SOAP dan diagnosa keperawatan yang sudah teratasi terlihat didokumentasi.

Baca Juga : Model-Model Supervisi Keperawatan

Tehnik Penilaian

Beberapa cara melakukan penilaian kinerja antara lain penilaian sendiri (self assessment) dan penilaian 360 derajat. Penilaian sendiri dilakukan atas dasar teori kontrol dan interaksi simbolik. Kedua teori tersebut mendorong dan memberikan kerangka pemikiran bagi pemahaman fungsi penilaian sendiri (Asford, 1990, dalam Ilyas, 2001). Menetapkan tehnik penilaian sendiri yang akan dipakai sehingga untuk mengukur gaya kepemimpinan dan penerapan fungsi manajemen keperawatan hanya dilakukan oleh bawahan saja (perawat pelaksana). Unsur pimpinan adalah kepala ruangan sedangkan bawahannya adalah perawat pelaksana, sehinggga bila menggunakan penilaian 360 derajat tidak memenuhi syarat (tidak ada atasan atau selevel dengan karu). Penilaian sendiri secara teori ada kekurangan dan kelebihannya (dalam gambar 11). Penilaian sendiri dalam penelitian ini didesain dalam bentuk kuesioner. Hasil yang dapat diharapkan bagi manajer adalah adanya menjadi umpan balik yang positip
tingkat profesionalisme perawat baik kepala ruangan maupun perawat pelaksana. Tindak lanjutnya adalah perencanaan pengembangan sumber daya manusia dan profesionalisme pelayanan keperawatan (Ilyas, 2001).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *