banner 728x250

Yuk Kenali Pemeriksaan Saraf Cranial

Foto : Freepik.com

MediaPerawat.id – Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. SST tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu

Sistem Saraf Somatik (SSS)

Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.

Saraf Kranial

Duabelas pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut.

Baca juga : Apa Itu Prosedur Kraniotomi?

Saraf spinal

Terdapat 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen.

Adapun 12 saraf cranial tersebut sebagai berikut :

Test nervus I (Olfactory) : Fungsi penciuman, suruh pasien tutup mata dan minta pasien mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan

Test nervus Il ( Optikus) : Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang

Test aktifitas visual dilakukan dengan menutup satu mata pasien kemudian perintahkan untuk membaca dua baris di koran. Kemudian ulangi untuk bagian lainnya. Pasien harus fokus memandang objek yang dilihat.

Test nervus Ill, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens) : Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N Il l)

Test N III (respon pupil terhadap cahayuj, menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menynari dari arah belakang dari sisi pasien dan sinari satu mata (jangan keduanya). perhatikan kontriksi pupil kena sinar

Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan Obyek kurang Iebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan Obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus

Test N VI, minta pasien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok

Test nervus V (Trigeminus) Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah Refleks kornea maka gerakan mengedip ipsilateral. Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral. Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata pasien tertutup. Perhatikan apakah pasien merasakan adanya sentuhan. Fungsi motorik, caranya : pasien disuruh menBinyah, perneriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.

Test nervus VII (Facialis)

Kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit. Pasien tutup mata. usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan. pasien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang Pula sisi yang sehat.motorik, kontrol ekspresi muka dengan pasien untuk : mengerutkáh mcnutup mata sementara perneriksa berusaha memhukanya

Test nervus VIII                    

Tutup satu telinga klien, berbisik di satu relinga lain. atau menggesekkan jari bergantian kanan -kiri. Vestibulator (mengkaji keseimbangan). pasien diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.

Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)

N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi  M. Salivarius inferior.

N X. mempersarafi organ viseral dan thoracal. pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak. Test : inspeksi gerakan ovula (saat pasien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik keatas.

Refleks  dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel, akan terlihat pasien seperti menelan.

Test nervus XI (Accessorius) Pasien diperintahkan menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah

Sternoclecledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi? Kemudian palpasi kekuatannya. Minta pasien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan. Tes otot trapezius. 

Nevus XII (Hypoglosus) : Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris/deviasi) keluarkan lidah pasien (oleh sendiri) dan masukkan dengan cepat dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

Pemeriksaan Aktifitas Reflex

Pemeriksaan aktifitas reflex dengan ketukan pada tendon menggunakan reflex hummer. Skala untuk peringkat reflex yaitu :

  • 0 : tidak ada respon
  • 1 : hypoactive/penurunan respon, kelemahan (+)
  • 2 : mormal (++)
  • 3: lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (+++)
  • 4: hyperaktif, dengan klonus (++++)

Pemeriksaan Refleks

Refleks patella : pasien berbaring terlentank% lutut diangkat ke atas sarnpai fleksi kurang lebih 300. Tendon patella (d’lcngah• tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.

Refleks biceps : lengan ditleksikan terhadap siku dengan sudut 900 . supinasi dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pcmenksa ditempatkan pada tendon m. biceps. (diatas lipatan siku). kernudian dipukul reneks hammer.Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau bahu.

Refleks triceps : Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 stendon triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps pada jarak 1-2 cm diatas olekranon). Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit menin*at bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu arau ada klonus yang sementara.

Refleks  Achilles . Posisi kaki adalah dorsoneksi. untuk perneriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / diatas tungkai bawah kontralateral. achilles dipukul dengan refleks hammer. respon normal gerukan plantar neksi kaki.

Reneks abdominal : Dilakukan tnenggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu. Umbilicus  akan bergerak ke atas dan kearah daerah yang digores.

Refleks Babinski : Untuk mclakukan test ini goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah kelingking dan kemudian bagian jantung kaki, Respon Babinski timbul iika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari -jari tersebar, respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.

Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Dilakukan dengan cara :

  • Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarurn bundel atau jarum pada perlengkapan refleks hammer). untuk rasa nyeri superfisial.
  • Kapas untuk rasa raba.
  • Botol berisi air hangat I panas dan air dingin. untuk rasa suhu.
  • Garpu tala. untuk rasu getar.

Melakukan observasi dan penilaian kekuatan otot pada kedua ekstremitas atas dan bawah

Observasi : masa dan tonus otot ( hipertropi, normal atau atropi) Kekuatan otot : Skala Lovett’s (memiliki nilai 0 — 5)

  • 0 : tidak ada kontraksi sama sekali.
  • 1 : gerakan kontraksi.
  • 2 : :kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kunt kalau melawan tahanan atau gravitasi.
  • 3 : cukup kuat untuk mengatasi gravitasi,
  • 4 : cukup kunt tetapi bukan kekuatan penuh.
  • 5 : kekuatan kontraksi yang penuh.

Pemeriksaan Khusus Sistem Persarafan :

  1. Kaku kuduk : Bila ditekuk secara tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempcl pada (lada kuduk positif(+)
  2. Tanda Brudzinski I Ietakkan satu tanzan pernee: isa dibawah kepala pasien dan tangan lain pasen mencegah badan tidak terangkat. Kernudian kepala difleksikan kedada secara pasif Brud-,’inski f kedua tungkai bawah akan flekSl pada sendi panggul dan sendi lutut.
  3. Tanda Brudzinski II : Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai pasien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi’ panggul dan lutut
  4. Tanda Kernig : Fleksi tungkai atas tegak lurus, Jalu dicoën meluruskan tungkai bawah pada sendi’ lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 135 terhadap tungkai atas. Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhdap hambatan.
  5. Test Laseque : Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m. ischiadicus.

Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Dilakukan dengan cara :

  1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarurn bundel atau jarum pada perlengkapan refleks hammer). untuk rasa nyeri superfisial.
  2. Kapas untuk rasa raba.
  3. Botol berisi air hangat I panas dan air dingin. untuk rasa suhu.
  4. Garpu tala. untuk rasu getar.

Pengkajian Sistem Motorik

Lakukan observasi dan penilaian kekuatan otot pada kedua ekstremitas atas dan bawah

Observasi : masa dan tonus otot ( hipertropi, normal atau atropi) Kekuatan otot : Skala Lovett’s (memiliki nilai 0 — 5)

  1. 0 : tidak ada kontraksi sama sekali.
  2. 1 : gerakan kontraksi.
  3. 3 :kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kunt kalau melawan tahanan atau gravitasi.
  4. 4 : cukup kuat untuk mengatasi gravitasi, 4 : cukup kunt tetapi bukan kekuatan penuh.
  5. 5 : kekuatan kontraksi yang penuh.

Referensi :

Bahrudin, M, 2013. Nyeri Kepala Neurologi Klinis. Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *